Pages

Friday, January 15, 2016

Air



definisi air

Manusia tidak dapat hidup tanpa air, 65 persen tubuhnya adalah air. Cairan ini meresapi semua jaringan manusia, mengisi kekosongan sel dan lekuk pada tulang, serta mengalir melalui arteri dan vena. Tubuh manusia memperoleh airnya dari beberapa sumber. Hanya sekitar 47 persen yang diperoleh dengan cara minum. Sebanyak 14 persen di antara kebutuhan sehari-hari dibuat oleh tubuh sendiri sebagai hasil sampingan proses kimia pernapasan sel. Lebih kurang 39 persen lagi berasal dari apa yang kita anggap sebagai makanan padat. Kebanyakan bahan makanan – sel hidup pada sayuran dan hewan yang dipelihara untuk dikonsumsi – mengandung air setidak-tidaknya sebanyak yang dikandung oleh sel manusia. Manusia akan segera mati jika kehilangan sedikitnya sekitar 15 persen saja air dari tubuhnya, dan hampir setiap organisme sangat tergantung pada air sebanyak lebih dari 50 persen bobot tubuhnya. Dalam tubuh manusia air adalah hal yang pokok untuk peredaran darah, penyingkiran bahan limbah, bahkan untuk gerak otot. Tanpa itu mengejapkan mata pun manusia tidak akan sanggup. Dalam banyak hal, kisah air adalah kisah kehidupan itu sendiri.
Peradaban besar awal manusia dibangun tidak jauh-jauh dari air. Sudah menjadi kesepakatan umum di kalangan ilmuwan bahwa peradaban manusia tertua yang memiliki bukti arkeologis adalah Sumeria yang berkembang di sekitar Sungai Eufrat dan Tigris. Para siswa sekolah menengah tentu hafal peradaban besar Harappa-Mohenjo Daro yang dibangun di tepi Sungai Indus. Terusan Agung yang pernah merentang 1.600 kilometer menghubungkan Beijing dengan Hangchow selama hampir 2.000 tahun berperan sangat besar dalam menempatkan Cina sebagai salah satu peradaban besar dunia. Bangsa-bangsa maju saat ini pun tidak lepas dari manfaat air dalam perkembangan mereka. Penjelajahan, dan penaklukan serta penjarahan terhadap bangsa-bangsa yang didatangi, dilakukan dengar menyeberangi tiga perempat bagian bumi yang digenangi air.
Begitu berlimpah, begitu luar biasa dan begitu pentingnya air sehingga zat ini selalu membangkitkan rasa heran bercampur kagum. Manusia sendiri adalah kantung air yang berpori, hanya sepertiga bobot tubuhnya saja yang terdiri dari senyawa-senyawa lain. Air menyebabkan adanya samudra yang menggelora, kabut dari rawa, gletser yang merayap, uap gunung api yang keluarnya meledak-ledak, bola salju, serta uap air yang dapat dipusar di udara oleh angin topan kecil.
Dalam hakikatnya yang biasa, air sungguh luar biasa. Air ada di mana-mana. Dalam bentuk samudra, padang es, danau dan sungai, air meliputi hampir tiga perempat permukaan bumi; semua perairan ini seluruhnya berisi 1.350 juta kilometer kubik air. Di bawah tanah terdapat sekitar 8,3 juta kilometer kubik air lagi dalam bentuk air tanah. Di dalam atmosfer bumi masih ada lagi 12.900 kilometer kubik air, kebanyakan dalam bentuk uap. Kemungkinan untuk melimpah ruahnya air ini sudah ada ketika bumi baru lahir, dan kebanyakan ilmuwan yakin bahwa kehidupan mulai terbentuk dalam samudera purba di planet ini. Air masih terus menunjang segala kehidupan – beberapa organisme yang sangat sederhana dapat hidup tanpa udara, tetapi tidak ada yang dapat tumbuh tanpa air.
Betapa pentingnya air bagi kehidupan manusia tergambar dengan jelas dalam tubuh manusia itu sendiri. Ungkapan “air kehidupan” sesungguhnya bukan sekadar ungkapan puitis. Kehidupan memang timbul dalam air untuk memulai garis panjang evolusi yang menghubungkan binatang dan tumbuhan sederhana, yang praktis tidak lain kecuali air, dan manusia yang dua pertiganya adalah air. Sebelum kelahiran sebagian besar kehidupan dilewatkan dalam air, yaitu dalam kantung selaput pelindung di rahim ibu, dan air mengalir dalam badannya sampai saat dia meninggal. Manusia dapat hidup beberapa pekan tanpa makanan; seorang fakir India dapat hidup 81 hari lamanya tanpa makan sedikit pun. Tanpa air, manusia hanya dapat bertahan hidup paling lama 10 hari.
Sejak zaman dahulu kala, air membekali manusia dengan sumber pangan dan jalan raya untuk ditempuhnya. Beberapa peradaban timbul di mana air menjadi unsur terpenting dalam lingkungannya dan merupakan tantangan terhadap kecerdikan manusia. Bangsa Mesir menciptakan penanggalan 365 hari sebagai tanggapan atas banjir tahunan Sungai Nil. Bangsa Babilonia, yang termasuk perancang undang-undang termasyhur pada zaman purba, menyusun berbagai maklumat guna mengatur pemakaian air. Air mengilhami bangsa Cina untuk untuk menggali terusan sepanjang 1.600 kilometer, sebuah sistem rumit yang sesudah hampir 2.500 tahun sebagian masih digunakan dan masih menimbulkan rasa hormat para insinyur. Sementara landasan perekonomian yang kuat negeri legendaris Saba, pertanian, ditopang bendungan besar di Marib. Bendungan ini merupakan pusat waduk dan sistem pembagian air yang mengubah gurun di sekitarnya menjadi kebun yang memberi makan sebagian besar penduduk Timur Tengah. Tetapi pada tahun 570, setelah dipakai selama 13 abad,  bendungan ini runtuh bersama keruntuhan peradaban yang ditunjang antara lain oleh bendungan tersebut. Bisa dikatakan, tanpa air dan tanpa kemampuan menguasai air, kehidupan manusia yang paling sederhana pun mustahil. Catatan tentang manusia terhadap kenyataan ini merupakan sejarah besar peradaban. Peradaban yang dimulai dari dan di sekitar air.
Hal lain yang menakjubkan dari air adalah perilakunya yang tetap: seluruh persediaan air tidak bertambah dan tidak pula berkurang. Orang yakin bahwa persedian air pada saat ini maupun 3.000 juta tahun yang lalu hampir tepat sama. Air didaurkan kembali tak henti-hentinya dengan digunakan, dibuang, dimurnikan dan digunakan kembali. Kentang yang dimakan semalam mungkin telah direbus dengan air yang berabad-abad lalu merupakan air mandi Archimedes. Mungkin gagasan menggunakan air yang sudah “terpakai” mula-mula menjijikkan bagi suatu peradaban yang mementingkan kesehatan, namun pengetahuan bahwa dunia tidak mungkin kehabisan persediaan zat yang vital ini seharusnya memberikan perasaan aman.
Daur hidrologi (peredaran air di bumi) yang tiada akhir bisa diuraikan sebagai berikut. Persediaan air yang sudah ada sejak semula di bumi sekarang masih terpakai: hanya sedikit yang ditambahkan atau hilang dalam ratusan juta tahun sejak awan pertama terbentuk dan hujan pertama turun. Air yang itu-itu juga telah dipompakan berkali-kali dari samudra ke udara, dijatuhkan ke tanah dan dipindahkan kembali ke laut. Proses ini – mekanisme alamiah yang menguapkan air samudra, menyebarkannya ke setiap bagian bumi, kemudian mengembalikannya ke laut – dikenal sebagai daur hidrologi. Pada setiap saat, hanya sekitar 0,005 persen dari persediaan air seluruhnya bergerak melalui daur ini; sedangkan sebagian besar air disimpan dalam samudra, dalam keadaan beku dalam gletser, tertahan dalam danau atau terpendam di bawah tanah. Di Amerika Serikat setets air menghabiskan waktu rata-rata 12 hari untuk melalui udara, kemudian mungkin tinggal di dalam gletser selama 40 tahun, dalam danau selama 100 tahun, atau di dalam tanah selama 200 sampai 10.000 tahun, tergantung berapa lama air itu meresap. Namun demikian, akhirnya setiap tetes air pasti bergerak melalui daur tadi. Daur hidrologi menggunakan lebih banyak energi dalam sehari daripada energi yang pernah dibangkitkan manusia sepanjang perjalanan sejarah. Tetapi mesin daur yang ditenagai oleh masukan yang datang terus-menerus dari matahari ini mempunyai lebih banyak energi daripada yang dapat digunakannya.
Sama seperti energi yang tak akan habis-habis, hanya berubah bentuk, persediaan air memang abadi. Tetapi harus diingat bahwa keabadian persediaan ini berlangsung dalam skala global, bukan hanya berlaku untuk daerah tertentu. Maka kekhawatiran akan terjadi kekeringan atau kekurangan pasokan air adalah sesuatu yang wajar. Apalagi yang sering dirasakan kurang oleh manusia adalah air yang siap dipakai, bukan dalam bentuknya sebagai, misalnya, bongkahan es di Kutub Selatan. Air yang siap dipakai inilah yang sering menjadi pangkal perselisihan manusia di mana-mana.

Diolah dari Luna B. Leopod, Kenneth S. David dan para editor Pustaka Time-Life, Air, Tira Pustaka, Jakarta, 1983.

Catatan:
·         Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang berada di darat (Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2004 tentang Sumber Daya Air [sudah dicabut oleh Mahkamah Konstitusi Republik Indonesia pada tanggal 18 Februari 2015 yang kemudian memberlakukan kembali Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan).
·         Air adalah semua air yang terdapat di dalam atau berasal dari sumber-sumber air, baik yang terdapat di atas maupun di bawah permukaan tanah, tidak termasuk dalam pengertian ini air yang terdapat di laut (Pasal 1 ayat (3) Undang-Undang Nomor 11 Tahun 1974 tentang Pengairan).
·         Air adalah semua air yang terdapat pada, di atas ataupun di bawah permukaan tanah, termasuk dalam pengertian ini air permukaan, air tanah, air hujan dan air laut yang berada di darat (Peraturan Daerah Kabupaten Sleman Nomor 4 Tahun 2014 tentang Pengelolaan Air Tanah).
·         Sumber gambar https://en.wikipedia.org/wiki/Water

No comments:

Post a Comment