Pages

Wednesday, September 27, 2017

Derita Muslim Rohingya, Duka Kaum Muslimin Seluruhnya



kejahatan munafik Allysa Wahid Yaqut Cholil Qoumas

Saya paling tidak tahan jika ada orang membuat status di Facebook yang intinya mencela atau memprotes isi khotbah Jum’at (yang betul Jumat menurut KBBI, tapi ya biarin saja) yang mereka ikuti. Sebetulnya, sering, amat sering malah, saya mengeluhkan isi khotbah Jum’at, tetapi ya saya simpan sendiri saja, tanpa perlu mengumbarnya kepada publik. Di samping mendengarkan khotbah itu wajib dan kalau mau protes isinya sebaiknya khatib diajak bicara berdua saja, saya tidak mau memberi umpan empuk pada para pembenci Islam. Saya ingat kata-kata Annemarie Schimmel, yang kurang lebih begini bunyinya: “Tidak ada fitnah yang begitu gencar dan jahat seperti yang menimpa Islam.” Bahwa umat Islam sekarang sedang mengalami kesulitan di mana-mana dan di segala lini, itu fakta. Sehingga saya tidak mau menabur garam pada luka yang diderita umat Islam sedunia. Lagi pula saya adalah bagian dari umat itu. Insya Allah.
Tak banyak khatib yang khotbahnya saya renungkan. Salah satu dari yang tak banyak itu adalah khatib di masjid PP Taruna Al-Qur’an pada Jum’at 8 September 2017. Intinya, penyesatan informasi tentang Muslim Rohingya ini sudah keterlaluan. Dikatakan bahwa kaum Muslimin Rohingya adalah pendatang, perusuh, bahkan belakangan dituding teroris. Padahal, kata khatib tadi, Islam masuk ke Arakan pada abad pertama Hijriyah bersama para saudagar Arab. Khatib tadi menyebut nama sahabat tapi saya lupa (sebab saya bertekad membuat tulisan ini berdasarkan ingatan saja, saya sengaja tidak membuka Google). Lama-kelamaan kaum Muslimin di Arakan mendirikan negara Islam di sana. Pada tahun 1700-an negara Islam Arakan diserang kaum Buddhis dan kalah. Sejak itulah malapetaka tak henti mendera kaum Muslimin Rohingya. Khatib menyebutkan secara kronologis pembantaian sistematis yang tujuannya adalah melenyapkan kaum Muslimin Rohingya di Arakan. Pendek kata, genosida. Bukan pengetahuan baru sebetulnya, tetapi informatif dan menggugah ingatan saya pada penderitaan Rohingya yang saya baca sewaktu kecil.  Dan ajakan khatib untuk meluruskan informasi tentang Rohingya sangat signifikan di era perang gagasan ini. Perang di mana umat Islam babak beluk dihajar oleh, tidak saja lawan abadi mereka yang kini menjadi Barat tetapi juga, kaum yang secara lahiriah disebut Muslim dan Muslimah.
Tersebutlah Alissa Wahid yang mengatakan dalam salah satu twitnya bahwa Rohingya ditindas karena operasi militer Myanmar menumpas ARSA (Arakan Rohing Salvation Army). Saya bingung, bisa-bisanya sarjana psikologi UGM bicara sengarang itu. Sejak SD saya sering membaca berita tentang penderitaan Rohingya melalui majalah Pandjimas. ARSA? Ya baru dengar sekarang ini. Sementara itu Ketua GP Ansor dalam twitnya juga tidak jauh-jauh dari pernyataan sinis terhadap mereka yang peduli pada penderitaan Rohingya. Ini juga saya bingung, masa orang seperti dia tidak tahu ungkapan “kal bun ya nin wahidin”, derita seorang Muslim adalah juga derita Muslim lainnya, tolong-menolong sesama Muslim, semua Muslim bersaudara? Dan entah berapa puluh akun twitter, yang rata-rata pemuja rezim sekarang, menyuarakan pendapat yang kurang lebih setali tiga money. Kalau yang membuat pernyataan seperti itu adalah akun-akun Myanmar, wajar saja. Memang begitu cara kerja propaganda. Salah benar nomor seribu. Yang penting teriak sekencang dan sesering mungkin. Tapi orang-orang Indonesia itu agamanya Islam juga. Bisa-bisanya menjungkirbalikkan logika dan fakta? Tetapi ya begitulah perang pemikiran (ghazwul fikri) dalam prakteknya sejak dahulu. Pion-pion yang menyerang kita adalah sebagian orang-orang kita juga. Alasannya bisa macam-macam. Dalamnya laut bisa diduga, dalam hati siapa yang tahu.  
Sejauh yang saya ketahui, Muslim Rohingya sudah ada di Arakan sejak abad ke-8 Masehi, mereka penduduk asli negeri itu yang masuk Islam, mereka punya kerajaan sendiri dan berhubungan erat dengan kerajaan-kerajaan di Bengal. Setelah kemerdekaan Burma (sebelum berganti nama menjadi Myanmar) U Nu mengeluarkan pernyataan resmi yang mengakui keberadaan mereka sebagai warga negara Burma. Sepeninggal U Nu, yang memang negarawan besar itu, bagi orang Rohingnya yang ada hanyalah penderitaan dan penderitaan saja. Mereka adalah minoritas paling tertindas di dunia. Demikian menurut lembaga-lembaga resmi dunia. Lebih menyedihkan, di negeri kita banyak orang (yang mengaku beragama Islam dan tokoh Islam pun) sengaja menyesatkan fakta-fakta tentang kaum Muslimin Rohingya. Biasanya dengan kalimat yang berawal begini: “Tentu saja kita prihatin dengan persoalan Rohingya, tetapi ....” Selalu ada tetapi! Dan sesudah “tetapi” itulah sikap mereka sesungguhnya terhadap penderitaan Rohingya (bahkan mungkin seluruh kaum Muslimin) terungkap.
Sekadar bersimpati saja mereka tidak bisa. Kadang-kadang saya merasa sekaranglah saatnya kita melindungi diri dan keluarga sendiri. Perintahnya begitu ketika fitnah sudah merajalela dan ada kekhawatiran kita ikut gila. Selain doa, hanya itu yang masuk akal dan mudah dilaksanakan. Selain mendoakan kaum Muslimin Rohingya, doakan juga diri kita agar tidak menjadi orang munafik, yang kegirangan ketika cobaan berat menimpa kaum Muslimin.
Kasus genosida Rohingya dan sikap-sikap terhadapnya ini mengingatkan saya pada suatu hadits yang meriwayatkan betapa di mata orang munafik para Sahabat Rasulullah salallahu 'alaihi was salam tidak pernah melakukan hal yang benar. Ketika ada Sahabat tidak bersedekah karena memang tidak ada yang bisa disedekahkan (untuk memenuhi keperluan hidup saja sulit), orang-orang munafik mencela bahwa Sahabat itu keterlaluan kikir. Ketika ada Sahabat yang bersedekah sedikit karena mampunya segitu, orang-orang munafik menuduh dia tidak sungguh-sungguh bersedekah. Nah, ketika ada Sahabat yang bersedekah banyak (karena dia memang kaya) para munafikun berceloteh, “Wah, riya’ tuh.” Adapun yang dilakukan kaum munafikun? Ya mencela itu.  
allysa wahid yaqut cholil qoumas

Monday, April 10, 2017

Jalur alternatif ke Prambanan Tanpa Melewati Bandara



Dari arah Magelang, ketika sampai di perempatan Denggung (depan alun-alun Sleman dan Sibalec), belok kiri lewat Jalan Gito-Gati, lurus terus sampai pertigaan Kamdanen (agak mirip perempatan sebetulnya), belok kiri sedikit (masih dalam lingkungan lampur pengatur lalu lintas) lalu kanan masuk Jalan Kapten Haryadi, lurus saja, setelah melewati Pesona Merapi tak lama kemudian ada lampu pengatur lalu lintas. Ambil kanan, beberapa meter kemudian ambil kiri masuk Jl Plosokuning. Sudah ikuti jalan itu saja, ikuti rambu-rambu penunjuk ke Stadion Maguwoharjo. Sampai di stadion ada pertigaan, ambil kiri, lurus terus sampai lampu pengatur lalu lintas Tajem, lurus saja. Ikuti terus jalan utama, hingga bertemu tanda penunjuk UGD RSI IDHI seperti di bawah ini. 

jalur alternatif Prambanan tanpa lewat Bandara

Ikuti saja itu sampai di pom bensin Kalasan.
Tentunya ambil kiri kalau mau ke Klaten, Solo, dan seterusnya.
Selamat Jalan. Semoga bermanfaat.

Thursday, February 9, 2017

EL CONDOR NO PASA



Hakim Spanyol Balthazar Garzón ekstradisi diktator Chile,hukum internasional, politik perseteruan, contentious politics

“Jenderal Augusto Pinochet, mantan diktator militer Chile, benar-benar ingin bepergian.” tulis Naomi Roht-Arriaza (2006: 1) tentang kehidupan sang jenderal setelah rezim represifnya dikalahkan dalam sebuah referendum. Problemnya, antara lain, dia adalah tersangka internasional pelanggaran hak asasi manusia dan bahwa ribuan orang Chile dipaksa meninggalkan negeri mereka karena takut dibunuh atau disiksa selama betahun-tahun rezim kejamnya memerintah Chile. Diaspora orang-orang Chile itu menjadi inti sebuah gerakan sosial untuk mengadili Pinochet atas kejahatan terhadap kemanusian ketika dia ditangkap di Inggris pada tahun 1998.
Seorang Chile di pengasingan menuturkan:
Selama tahun-tahun kediktatoran, kami menciptakan jaringan pendukung besar di seluruh Eropa, termasuk para seniman, anggota serikat buruh, politisi dan lain sebaganya. Kami dahulu adalah organisator di Chile, jadi kami tahu bagaimana mengorganisasi ... Kami kenal satu sama lain di seluruh Eropa karena kami pernah sama-sama dipenjara atau kenal seseorang yang pernah dipenjara. Sehingga ketika kami belajar bahasa Inggris, mendapatkan pekerjaan, dan membangun kontak-kontak dengan baik dalam masyarakat Inggris, kami tetap memelihara hubungan dengan sesama kami di seluruh Eropa. (dikutip dalam Roht-Arriaza 2006: 38)
Kontak-kontak tersebut terbukti sangat penting ketika, pada Oktober 1998, Pinochet bepergian ke London untuk menjalani operasi bedah. Para anggota jaringan diaspora Chile itulah yang menyebarkan berita tersebut kepada seluruh orang setanah air di seluruh Eropa, memberi petunjuk kepada para hakim Spanyol yang sedang menyelidiki penyiksaan di Chile dan Argentina, menggelar aksi duduk dan berdemonstrasi di luar pemeriksaan pengadilan di London, mencatat berita acara persidangan, dan menyebarkan catatan itu ke seluruh dunia (Roht-Arriaza 2006: 39). Orang-orang pengasingan itu memenuhi fungsi klasik perantaraan dalam pengertian yang kita pakai untuk mekenisme tersebut dalam buku ini. Mereka membantu para pengacara hak asasi manusia Chile menjalin hubungan dengan para pengacara kebebasan sipil Inggris dan membentuk “sebuah bagian kunci koalisi kelompok-kelompok legal dan hak asasi manusia yang pada akhirnya terbentuk untuk mendorong .... ekstradisi [Pinochet]” (38).
Hakim Spanyol Balthazar Garzón sedang menyelidiki pelanggaran hak asasi manusia di Argentina ketika sampai kabar bahwa Pinochet sedang berada di London. Keterkaitan yang dibangun Garzón dari Argentina ke Chile adalah perjanjian intelijen militer rahasia antara kedua negara itu dan empat kediktatoran Amerika Latin lainnya. Disebut “Operasi Kondor”, konspirasi trans-pemerintahan ini memperoleh namanya dari burung pemangsa raksasa yang terbang melintasi Pegunungan Andes. Perjanjian itu memungkinkan “penyerahan” orang-orang militan yang ditangkap di salah satu negara pihak ke negara asal mereka, di mana banyak dari mereka yang disiksa dan dibunuh. Perkara Garzón melawan Pinchet didasarakan pada peran mantan diktator itu dalam mengoordinasi Operasi Kondor (Roht-Arriaza 2006: 29–31). Konspirasi trans-pemerintahan yang dipimpin Pinochet itulah yang memberi Garzón pijakan legal untuk mengekstradisi Pinochet dari Inggris ke Spanyol.
Operasi Kondor hanyalah salah satu dari berbagai cara di mana internasionalisasi mempengaruhi kasus Pinochet. Dalam upayanya mengekstradisi sang mantan diktator, Garzón menggunakan teori yang sama sekali baru dalam hukum internasional—yurisdiksi universal. Secara tradisional, hukum internasional hanya berlaku untuk hal-hal yang umumnya kita kenal sebagai kejahatan internasional, misalnya perompakan. Hukum internasional hanya memungkinkan ekstradisi tersangka penjahat ke negara asalnya, bukan ke negara ketiga. Tetapi semakin banyak hakim di negara-negara seperti Belgia dan Spanyol yang menerapkan teori  yurisdiksi universal untuk mengadili tersangka pelaku berbagai macam kejahatan mulai dari genosida hingga kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang. Garzón mendasarkan perkaranya pada teori bahwa tindakan-tindakan Pinochet terhadap warga Spanyol dan korban-korban lain sudah mencapai taraf kejahatan internasional semacam itu. Hukum internasional menjadi bagian dari struktur peluang yang memungkinkan seorang hakim Spanyol mengupayakan ekstradisi mantan kepala negara Chila dari Inggris.
Walaupun Menteri Dalam Negeri Inggris Jack Straw pada akhirnya mengizinkan Pinochet kembali ke negerinya, peristiwa-peristiwa di Madrid dan London itu menghasilkan apa yang oleh Ellen Lutz dan Kathryn Sikkink (2001) disebut “kaskade keadilan”. Air terjun ini menyebabkan, di Argentina, seorang penyiksa tersohor, Carlos Guillermo Suarez Mason, ditangkap karena mencuri anak-anak orang Argentina yang hilang (Keck dan Sikkink 1998: 20–21); di Meksiko, menyebabkan penangkapan pensiunan angkatan laut penyiksa Miguel Cavallo ketika pesawat yang dia tumpangi berhenti di Cancun; dan di Italia menyebabkan pemeriksaan perkara pidana yang berlarut-larut terhadap tujuh perwira militer Argentina atas pembunuhan delapan warga Argentina keturunan Italia. Air terjun keadilan itu mencapai siklus sempurna ketika, di Chile pada tahun 2004, Pinochet dikenai dakwaan dan sebuah komisi pemerintah menyerukan ganti kerugian bagi korban selamat rezim teror Pinochet.
Dalam kasus Pinochet, kita menjumpai ketiga proses transnasional yang sudah kita sebutkan sebelumnya. Pertama, sekelompok aktivis transnasional memicu serangkaian peristiwa di London. Kedua, sebuah koalisi transnasional terbentuk di sekitar isu tersebut. Ketiga, penyebaran cepat perseteruan berlangsung melintasi batas-batas nasional. (Bahkan ada indikasi pergeseran skala, ketika kasus itu turut mendorong pembentukan Mahkamah Pidana Internasional). Pada tahun 2005, Pinochet diperiksa di Chile atas dakwaan pelanggaran hak asasi manusia dan pencucian uang internasional.

Diterjemahkan dari Charles Tilly & Sidney Tarrow, Contentious Politics, Oxford University Press, 2015, h. 201 – 203. Ya mana tahu ada yang butuh kutipan, silakan dipakai. Semoga bermanfaat.
Salam.

Saturday, January 28, 2017

Tips Sukses Menjadi Legiun Asing Prancis



Perekrutan adalah sebuah proses panjang. Calon harus menunjukkan kualitas fisik dan moral sesungguhnya agar bisa masuk Legiun. Rata-rata, delapan atau sembilan dari 10 calon tidak memenuhi syarat berbagai tingkat tes masuk.
Internet sudah menjadi instrumen penting bagi volunter. Situs perekrutan Legiun (www.legion-recrute.com) tersedia dalam dua belas bahasa yaitu Prancis, Inggris, dan sembilan bahasa Eropa lain, termasuk Rusia. Bagaimanapun juga, hanya satu bahasa Asia yang tersedia: bahasa Jepang. Penting sekali bagi peminat untuk mempelajari situs ini secara detail (atau terjemahannya jika perlu): hal itu akan menghindarkan banyak kekecewaan.
Syarat pertama agar berhasil dalam tes adalah memiliki kondisi fisik prima termasuk kecakapan berlari dan aktivitas panjang (daya tahan). Lalu, pada saat seleksi, volunter harus memiliki motivasi tinggi, berkonsentrasi pada tes dan bersikap sopan terhadap staf Legiun. Gaya “sombong” tidak dianjurkan. Terakhir, sikap yang sangat jujur selama wawancara dengan petugas keamanan adalah jaminan keberhasilan.
Kesepuluh pusat perekrutan semuanya berada di wilayah metropolitan Prancis, yakni Fort de Nogent di Fontenay-sous-Bois [Paris], Lille [Prancis utara], Nantes [Barat], Strasbourg, kawasan Lecourbe [Timur], Bordeaux [Barat Daya], Lyon [Tengah], Marseille [Selatan], Nice [Tenggara], Perpignan [Catalonia Prancis], Toulouse [Barat Daya].
Calon, dari mana pun asalnya, harus datang sendiri ke salah satu pusat perekrutan tersebut: langkah ini bisa sangat mahal jika Anda datang dari luar negeri. Ini akan menjadi bukti pertama motivasi pendaftar.
Bagi pendaftar yang terbang dari Jakarta atau Singapura ke Paris tidak boleh dilupakan bahwa komitmennya tidak otomatis. Dia harus memperhitungkan kemungkinan pulang dan menyimpan cukup uang untuk perjalanan pulang. Semuanya yang berada dalam fasilitas Legiun gratis: akomodasi, makanan ... Tetapi, Legiun Asing tidak melakukan proses apa pun untuk mendapatkan visa atau izin meninggalkan negeri asal calon.
Asal para legiuner. Perekrutan sering terkait dengan krisis di Eropa. Setelah Revolusi Oktober di Rusia, para calon “Rusia Putih” berduyun-duyun datang; orang-orang Republikan Spanyol tiba setelah Franco berkuasa; orang-orang Jerman yang pernah bertugas dalam Wehrmacht dan Waffen SS serta orang Italia yang mengikuti Mussolini mendaftar setelah Perang Dunia Kedua, orang Eropa Timur banyak yang mendaftar setelah runtuhnya Tembok Berlin. Sekarang ini sekitar seperempat yang bertugas berasal dari Eropa Timur. Dalam tahun-tahun belakangan volunter dari Timur Jauh mencapai 10% populasi legiuner. Orang Prancis (disebut “Gauls”) hanya mencapai 10% hingga 15% perekrutan. Secara keseluruhan legiuner yang berbahasa Prancis mencapi sekitar 20% hingga 25%.
Kebutuhan per tahun. Setiap tahun dibutuhkan 1.000 legiuner. Sedangkan sumber daya per tahun adalah 8.000 volunter. Karena itulah seleksinya ketat. Bertolak belakang dengan yang banyak diyakini, Legiun tidak menerima penjahat yang dinyatakan bersalah melakukan pembunuhan atau pemerkosaan. Tetapi kejahatan ringan bukan alasan penolakan. Siapa saja yang punya persoalan keluarga serius, kegagalan profesional yang pahit dan menginginkan awal baru bisa menjadi kandidat. Banyak legiuner yang meninggalkan Legiun karena mereka berhasil menyelesaikan persoalan mereka, seiring berjalannya waktu, atau karena gaya hidup dan disiplin mendepak mereka. Mereka bisa meninggalkan Legiun atas permintaan sendiri. Meninggalkannya dengan desersi tidak dianjurkan. Pada dasarnya, satu dari tiga kandidat meninggalkan Legiun pada tahun pertama.
Identitas calon legiuner. Ada dua situasi legal yang bisa dipilih Legiuner: “identitas yang diduga aktual” dan “identitas yang dinyatakan”. 80% volunter memilih yang pertama dan mempertahankan nama mereka. Tetapi identitas yang diduga aktual tidak mesti berarti identitas riil. Kandidat boleh datang dengan dokumen identitas yang kelihatannya asli tetapi sebetulnya tidak. Legiun akan memverifikasi identitas di negara asal mereka dan itu bisa memakan waktu berbulan-bulan, Di Prancis, agar bisa membuka rekening bank, bank harus memverifikasi identitas nasabahnya. Dalam konteks ini, Legiun menjalin kemitraan baru dengan Crédit Agricole Alpes-Provence, yang memungkinkan legiuner dengan identitas yang dinyatakan memiliki rekening bank dan kartu debit (bahkan jika identitasnya yang dinyatakan [“identitas yang diduga aktual”] sebetulnya palsu ...)
Penganiayaan dan perisakan (bullying). Legiun tidak kebal dari penganiayaan terhadap para rekrut muda. Tetapi kadang-kadang sulit membedakan apa yang dihasilkan dari semacam “perpeloncoan anak baru” oleh kopral “lama” dan apa yang bisa dikategorikan sebagai latihan luar biasa keras. Para perwira dan bintara harus waspada dalam hal ini agar tidak membuka celah serangan bagi organisasi atau perorangan yang tumbuh dalam sebuah masyarakat amat hedonistik dan selalu sigap mengecam apa yang mereka pandang sebagai pelanggaran hak asasi manusia.
Para perwira dan bintara harus bisa cepat menengarai para legiuner yang sudah menanggalkan harapan tinggi dari para pemimpin mereka guna menjalin hubungan, sikap saling menghormati dan kepercayaan.
Pemerolehan berkebangsaan Prancis. Setiap legiuner bebas memilih. Rata-rata terdapat 200 atau 250 naturalisasi per tahun. Jika ada 1.000 orang yang masuk setiap tahun dan sepertiganya meninggalkan Legiun pada tahun pertama, artinya satu dari tiga legiuner menjadi warga negara Prancis karena naturalisasi. Sejak tahun 1999 sebuah undang-undang memungkinkan orang yang terluka mengakses langsung kebangsaan Prancis. Inilah prinsip pemerolehan kebangsaan Prancis “melalui pertumpahan darah”.
Tradisi. Tradisi di Legiun adalah semen yang merekatkan unit ini. Tradisi tersebut bisa diekspresikan melalui detail pakaian, emblem dan simbol tertentu, lagu dan musik, serta, akhirnya, perayaan khusus. Kode kehormatan legiuner mendiktekan perilaku orang-orang tersebut setiap harinya, dalam perang maupun di masa damai. Pehimpunan-perhimpunan mantan legiuner yang dipayungi dinamika Federasi Masyarakat Veteran Legiun Asing (Fsale) hadir di seluruh dunia. Perhimpunan-perhimpunan itu melestrarikan tradisi tersebut dan merawat kenangan.
Apakah perekrutan perempuan dimungkinkan? Perekrutan Legiun tidak terbuka bagi perempuan. Ini boleh jadi terksesan terbelakang, tetapi latihan dasar menghendaki kerja luar biasa keras dan banyak promiskuitas. Perekrutan hanya untuk laki-laki, sekalipun Legiun mempekerjakan perwira dan bintara perempuan (dari tentara “reguler”) di berbagai pos, utamanya pos administrasi.
Tips Sangat Berguna
Jangan membawa terlalu banyak barang karena semuanya akan dimasukkan dalam sebuah tas. Barang-barang pribadi Anda akan dikembalikan setelah Anda menyelesaikan latihan dasar di Castelnaudary.
Jangan membawa mobil sendiri, sebab Anda harus meninggalkannya di sebuah tempat parkir untuk sipil.
Bawalah tanda pengenal (kartu identitas, paspor—satu saja cukup).
Bawalah handuk, alat bercukur, sabun, dan lain sebagainya.
Tidak perlu memangkas rambut Anda.
Bawalah sepatu olahraga Anda, Anda boleh menyimpannya.
Bawa uang tunai (€50), akan berguna ketika Anda harus membeli sesuatu sebelum masuk.
Siapkan diri secara fisik, secara intelektual (menyelesaikan tes psikometrik), moral (kalau Anda tahu buat apa Anda mendaftar) ... pasti berhasil!
Katakan kepada orang-orang terkasih Anda sebelum berangkat agar jangan dipikirkan jika beberapa pekan mereka tidak mendengar kabar dari Anda. Justru hal tersebut mestinya menenteramkan mereka, sebab artinya semuanya berjalan lancar. Bahkan, dalam beberapa pekan Anda akan “diputus” dari dunia demi integrasi lebih baik dalam keluarga baru Anda.
Selama wawancara jangan berdusta, jujur saja. Legiun tidak berusaha merekrut superman, cuma orang-orang yang tahu apa yang mereka inginkan dan bisa hidup dalam komunitas mereka.
Tips Sukses Menjadi Legiun Asing
Legiun Asing Prancis


Dipetik dari buku dengan judul bahasa With Honor and Fidelity, versi bahasa Indonesia yang sudah disunting dengan baik diterbitkan oleh Penerbit Buku Kompas.