Pages

Monday, November 30, 2015

Etika Bisnis Dalam Islam



Bisnis dalam dunia perdagangan merupakan salah satu hal yang sangat penting dalam kehidupan manusia. Setiap manusia memerlukan harta dan kekayaan untuk memenuhi kebutuhannya. Dengan tujuan itulah manusia berlomba-lomba untuk mengejar harta dengan cara bisnis. Oleh sebab itu Islam mewajibkan umatnya untuk senantiasa bekerja dalam memenuhi segala kebutuhan hidup mereka.1
Inti bisnis adalah jual beli, dan Islam menghalalkan jual beli sejauh dilakukan dengan tata cara yang semesinya bagi setiap Muslim dalam upayanya mencapai kebaikan hidup di dunia dan akhirat.
Aturan bisnis Islam menjelaskan berbagai etika yang harus dilakukan dan diharapkan bisnis tersebut akan maju dan berkembang pesat lantaran mendapatkan berkah Allah subhanahu wata’ala. Etika bisnis Islam menjamin pebisnis, mitra bisnis, maupun konsumen, masing-masing akan saling mendapatkan keuntungan.2
Istilah etika berasal dari bahasa Yunani kuno, yaitu ethos yang memiliki arti kebiasaan, adat, akhlak, watak, perasaan, sikap, cara berpikir. Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika bisnis sebagai salah satu bagian dari dunia bisnis juga banyak diterangkan dalam Al-Qur’an sebagai sumber utama aturan bagi umat Islam khususnya dan manusia pada umumnya dalam menjalankan bisnis Islami.3
Secara filosofi, etika bisnis merupakan cabang dari etika umum sehingga banyak orang mengartikan etika bisnis sebagai moral bisnis. Etika bisnis pada dasarnya juga merupakan bagian dari etika sosial dan pedoman-pedoman moral pada umumnya. Hanya saja sifatnya spesifik dan khusus menyangkut kegiatan produksi, distribusi dan konsumsi.4
Etika sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari terutama dalam kaitannya dengan perbuatan baik ataupun buruk, benar atau salah yang mempunyai tujuan membentuk kehidupan yang menghasilkan kebaikan serta memberi faedah kepada sesama manusia. Dalam abad modern ini hubungan antara bisnis dan etika telah melahirkan hal yang problematis. Bisnis dianggap sebagai suatu proses untuk mencari keuntungan dan mencukupi kebutuhan hidup. Sementara itu etika merupakan ilmu yang berbeda dari bisnis dan karena itu terpisah. Dalam kenyataan ini bisnis dan etika dipahami sebagai suatu  hal yang tidak berkaitan. Praktek bisnis bertujuan untuk mencari laba sebesar-besarnya dalam persaingan bebas, dan jika etika diterapkan dalam dunia bisnis maka dianggap akan mengganggu upaya mencapai tujuan bisnis.5
Etika bisnis sebenarnya sudah diajarkan oleh Rasulullah salallahu ‘alaihi wassalam. Selain memiliki sifat ulet dan berdedikasi dalam berdagang, beliau juga mempunyai sifat shidiq, fathanan, amanah dan tabligh. Shidiq berarti mempunyai kejujuran dan selalu melandasi ucapan, amal perbuatan serta keyakinan seperti nilai dasar yang diajarkan Islam. Istiqamah atau konsisten dalam keimanan dan nilai kebaikan meskipun dihadapkan pada tantangan serta godaan, serta ditampilkan dalam kesabaran dan keuletan sehingga menghasilkan sesuatu yang optimal.6
Fathanah berarti cerdas dalam memahami secara mendalam segala sesuatu yang menjadi tugas dan kewajibannya, dengan demikian akan timbul kreativitas dan kemampuan melakukan inovasi yang bermanfaat. Amanah yaitu terpercaya, sehingga dapat ditampilkan dalam kejujuran berdagang serta pelayanan optimal dalam segala hal. Yang terakhir adalah tabligh, yaitu menyampaikan wahyu, maksudnya adalah Rasulullah pasti menyampakan seluruh ajaran Allah sekaligus memberikan contoh kepada pihak lain untuk melaksanakan ketentuan-ketentuan ajaran Islam dalam kehidupan sehari-hari.7
Dalam konsep ekonomi Islam, kepemilikan atas modal produksi pada dasarnya merupakan suatu amanat titipan dari Allah kepada hamba-Nya. Islam tidak memandang masalah ekonomi dari sudut pandang kapitalis yang sangat bebas untuk menggalakkan usahanya, bukan pula seperti sistem ekonomi sosialis yang menjadikan mereka yang dikendalikan negara. Akan tetapi, sistem ekonomi Islam memandang bahwa kepemilikan individu tetap memiliki kebebasan dengan batasan-batasan sesuai aturan-aturan syariah.8
Pengaruh terhadap kemaslahatan umat maupun masyarakat sekitar juga dianjurkan oleh Islam agar bisnis tidak hanya menguntungkan pelaku bisnis dalm hal ini pemilik modal usaha. Tanggung jawab sosial merupakan prinsip yang berhubungan dengan seluruh perilaku manusia dalam hubungannya dengan masyarakat sehingga memiliki kekuatan untuk mempertahankan keseimbangan dalam masyarakat.9
Dalam pandangan etika Islam, bisnis bukan hanya tentang mencari keuntungan, namun keberkahan. Berbisnis tidak diperkenankan melanggar syariat Islam, ketentuan syariat baik dalam modal, strategi, proses, maupun praktek dan seterusnya. Islam memiliki perangkat syariat yaitu norma agama dalam segala aspek kehidupan termasuk dalam usaha dan bisnis.10 Etika bisnis Islami ini, jika diterapkan, akan mengantarkan pengusaha pada aktivitas bisnis yang berkah.
Penafian (disclaimer): Jika dirasa antara satu paragraf dan paragraf berikutnya tidak nyambung, harap dimaklumi karena tujuan pemuatan tulisan ini adalah, sama seperti Pertarungan Ideologi, menyediakan paragraf-paragraf dengan rujukan yang bisa dikutip. Semoga bermanfaat.
 
Referensi Etika Bisnis Dalam Islam
Blocnoot yang masih bertahan di zaman digital
Catatan akhir (End notes):
1.   Arifin Johan, Etika Bisnis Islami, Walisongo Press, Semarang, 2009, hlm. 81, dalam Adimas Fahmi Firmansyah, Praktek Etika Bisnis Islam (Studi Kasus Pada Toko Santri Syariah Surakarta), Skripsi pada Fakultas Syariah dan Hukum Univearsitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013, hlm. 13.
2.   Arifin Johan, Etika Bisnis Islami, Walisongo Press, Semarang, 2009, hlm. 153, Adimas Fahmi Firmansyah, Praktek Etika Bisnis Islam (Studi Kasus Pada Toko Santri Syariah Surakarta), Skripsi pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013, hlm. 4.
3.   Arifin Johan, Etika Bisnis Islami, Walisongo Press, Semarang, 2009, hlm. 131.
4.   Adimas Fahmi Firmansyah, Praktek Etika Bisnis Islam (Studi Kasus Pada Toko Santri Syariah Surakarta), Skripsi pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013, hlm. 11,12.
5.   Muhammad, Etika Bisnis Islami, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2004, hlm. 15
6.   Muhammad, Etika Bisnis Islami, UPP AMP YKPN, Yogyakarta, 2004, hlm. 15
7.   “Etika Bisnis Islami, dalam http://zonaekis.com/etika-bisnis-islami/
9.   Muhammad dan Luqman Fauroni, Visi Al-Qur’an Tentang Etika dan Bisnis (Jakarta: Salemba Diniyah, 2002), hlm. 115.
10.       Adimas Fahmi Firmansyah, Praktek Etika Bisnis Islam (Studi Kasus Pada Toko Santri Syariah Surakarta), Skripsi pada Fakultas Syariah dan Hukum Universitas Islam Negeri Sunan Kalijaga Yogyakarta, 2013, hlm. 18.

Thursday, November 26, 2015

Batam



Tak sampai sejam meninggalkan HarbourFront Centre Singapura kapal cepat Batam Fast sudah berpapasan dengan perahu motor kecil-kecil berbendera merah putih. Melewati sebuah kapal milik Basarnas Republik Indonesia yang sedang sandar, speedboat Batam Fast yang saya tumpangi mengurangi kecepatan untuk merapat di Pelabuhan Sekupang.
feri menyebrang dari Singapura ke Indonesia
Kapal Basarnas RI di Sekupang, Batam

Setelah menyelesaikan urusan keimigrasian masuk ke negeri sendiri, saya duduk termenung di emper Pelabuhan Sekupang yang bersih dan rapi. Hanya bermodal nama Kasmiran dan SDN 07 Sekupang saya sengaja tidak langsung pulang ke Yogyakarta demi menyambangi teman lama yang tinggal di Sekupang, Batam. Jauh-jauh hari saya sudah bertanya kepada beberapa teman di Tempurejo, Banyubiru, Widodaren, Ngawi apakah mereka punya nomor hp Kasmiran, teman kami itu. Tak ada yang punya. Teknologi telekomunikasi itu mendekatkan tampaknya memang hanya slogan. Yang sering saya jumpai, terkait kemajuan teknologi komunikasi, adalah paradoks modernitas: menjauhkan yang dekat, mendekatkan yang jauh, bahkan yang tidak kenal. Masjid di kompleks pelabuhan mengumandangkan adzan. Saya penuhi panggilan muadzin.
Usai salat saya keluar parkiran pelabuhan dan menghampiri beberapa tukang ojek yang mencari penumpang. Salah seorang di antara mereka bilang, “Enam puluh ribu.” Saya bilang jangan segitulah. Menurut orang Batam yang mengobrol dengan saya di HarbourFront Centre, dia naik feri tujuan Batam Center, jangan mau kalau di atas Rp20.000. Akhirnya ada yang mengatakan tiga puluh ribu karena harus nanya-nanya dulu di mana SDN 07 Sekupang itu. Lah, ajaib juga, masa ya nggak tahu? Dan memang dia tidak tahu. Perlu bertanya tiga empat kali dulu sebelum dia menurunkan saya di depan gedung sekolah sambil mengatakan, “Ini SDN 07 Sekupang, Bang.”
Karena gelap, papan nama sekolah tak tampak, setelah cukup dekat barulah terbaca tulisan SD Kasih Karunia. Dan tukang ojek itu sudah ditelan malam. Di depan sekolah itu tampak sebuah rumah dengan pintu terbuka, saya permisi mau tanya kepada penghuninya. Kepada seorang bapak yang keluar saya tanya di mana SDN 07 Sekupang. Katanya, “Di belakang SD Kasih Karunia itu SDN 06 Sekupang, sedangkan SDN 07 jauh di Tiban Indah sana, sini Tiban Koperasi.” Saya minta izin kepada bapak itu untuk beristirahat sebentar. Bapak itu mempersilakan saya duduk di teras dan dia masuk rumah, keluar membawa sebotol air dingin. Alhamdulillah. Kami sedang berbincang-bincang ketika bapak itu berbicara dalam bahasa Jawa kepada anaknya yang baru masuk teras rumah. Dan kami melanjutkan pembicaraan dalam bahasa Jawa. Namanya Pak Samudi, asli Cirebon. Dia tukang ojek.
Ketika hendak berlalu setelah mengembalikan sebagian uang karena tidak mau menerima semua ongkos dari saya, Pak Samudi berkata bahwa jika tidak bertemu teman saya sebaiknya saya minta izin saja untuk tidur di musala SDN 07 Sekupang. Pak Samudi benar, ternyata teman saya sudah lama tidak mengajar di sekolah dasar itu. Ya mungkin saja daftar dalam format pdf Kementerian Agama yang saya simpan dari internet itu data tahun entah. Haha.
Kepada jama’ah salat Isya yang terakhir keluar musala saya tanyakan tentang teman saya itu. Siapa tahu dia kenal. Dan dia memang kenal. Pak Haji Sora lalu menyuruh putranya mengantar saya ke Masjid Muhajirin di Perumahan Tiban Indah Lestari. Singkat kata, dengan modal nama dan SD dari hasil googling, saya bertemu teman yang sudah puluhan tahun tidak saya jumpai. Saya berencana tinggal di rumahnya hingga kapal tujuan Jakarta berangkat.
perjalanan Batam - Yogyakarta
Perahu motor di Barelang yang agak berkabut asap

Soal kapal ini komentar Pak Smith sungguh benar, jadwal di internet hanya ada per bulan keberangkatan. Ada juga blog yang kopas jadwal bulan sebelumnya. Menyedihkan sebagai bangsa yang membanggakan diri sebagai anak cucu pelaut. Dari Pak Hari, warga Sekupang sahabat teman saya, barulah saya tahu bahwa kapal tujuan Jakarta berangkat tiap hari Rabu dan Sabtu dari Batam.
Sewaktu mengambil uang di ATM BCA Tiban Indah Lestari untuk membeli tiket kapal, ATM saya tertelan mesin. Sama sekali di luar dugaan. Prosedurnya sudah benar. Tetapi ketika menunggu uang keluar dari mesin, waktu yang dibutuhkan cukup lama hingga di layar muncul tulisan: “Waktu sudah habis, transaksi Anda dibatalkan, kartu ATM Anda ditahan” (kurang lebih begitu, saya lupa kalimat persisnya). Lemas betul saya, mana uang tunai tinggal Rp150.000-an. Untunglah akun twitter @halobca responsif, saya cukup terbantu dengan pelayanan customer service. Hanya saja kartu ATM baru bisa diproses hari Senin, kartu saya tertelan hari Sabtu. Ya sudah, apa lagi yang bisa dilakukan selain menunggu?
Celakanya, malamnya ada telepon bahwa hari Minggu malam saya sudah harus di Yogyakarta karena suatu pekerjaan. Dengan uang segitu, belum lagi harus bayar laundry yang selesai besok, bagaimana cara sampai ke Yogyakarta pada waktunya? Akhirnya saya menelepon teman saya pemilik Biro Perjalanan PT Mitra Persada Travelindo. Saya minta ditalangi dulu tiket Batam – Yogyakarta untuk hari Minggu, nanti saya ganti sesudah urusan ATM kelar. Tiket pesawat beres dalam sekejap.
dari Batam ke Yogyakarta
Mata uang yang berlaku di mana-mana: kejujuran

Hari Minggu usai salat dzuhur saya mengambil cucian di binatu. Selesai seperti yang dijanjikan plus mendapat kegembiraan menemukan orang jujur di zaman serba susah ini. Di saku celana panjang saya ternyata masih ada uang 11 USD. Tulisan ini saya buat sebagai penghargaan kepada pekerja binatu di sebelah timur Masjid Al Muhajirin Tiban Indah Permai yang jujur itu dan petugas CS BCA yang penuh dedikasi. Sebab, pengalaman saya di Batam ini secara umum tak layak tulis sebetulnya haha. Cuma kunjungan kepada seorang teman yang sudah puluhan tahun tidak bertemu. Meski tak sepenuhnya tanpa makna. Perjumpaan sekilas dengan seorang bapak tua energik dari Pantai Kampung Melayu yang singgah salat di masjid ujung Jembatan Barelang menyadarkan saya akan satu hal: rupanya kita sudah jarang mengucap salam dan menanyakan kabar sesama pejalan yang tidak kita kenal.
Dan rencana perjalanan dengan kapal itu gagal.

dari Batam ke Yogyakarta
Jl Mangkubumi, Tugu, Jl. AM Sangaji, Monjali. Pulang :D

Neoliberalisme adalah



Oleh E. Wayne Ross & Rich Gibson
Walaupun sering dipakai bergantian dengan istilah globalisasi dan dipandang sebagai sebuah teori ekonomi, neoliberalisme adalah sebuah kompleks nilai-nilai, ideologi, dan praktek yang mempengaruhi aspek-aspek politik dan budaya masyarakat. Martinez dan Garcia (2000) mendefinisikan neoliberalisme sebagai:
Seperangkat kebijakan ekonomi yang menyebar luas selama sekitar 25 tahun terakhir. Meskipun kata ini jarang terdengar di Amerika Serikat, Anda bisa melihat dengan jelas efek neoliberalisme di sini ketika yang kaya makin kaya dan yang miskin makin miskin ... Di seluruh dunia, neoliberalisme diberlakukan oleh lembaga-lembaga keuangan besar seperti Dana Moneter internasional (IMF), Bank Dunia dan International American Development Bank ... krisis kapitalis selama 25 tahun terakhir, dengan tingkat laba menyusut, mengilhami elite korporasi untuk menghidupkan kembali liberalisme ekonomi. Ini yang membuat liberalisme menjadi “neo” atau baru.
Dengan demikian neoliberalisme adalah istilah lain untuk liberalisme pasar dan kebijakan-kebijakan perdagangan bebas.
Liberalisme bisa merujuk pada serangkian ide (misalnya ide-ide politis, ekonomi, dan keagamaan). Di Amerika Serikat, liberalisme politik lazimnya ditampilkan sebagai ideologi progresif (sayap kiri) yang ditandai oleh kelapangan pikir atau toleransi terhadap beragamnya praktek-praktek sosial, kepedulian terhadap kebebasan sipil serta kesejahteraan sosial dan dipertentangkan dengan politik “konservatif” (sayap kanan). Penting untuk dipahami bahwa pandangan-pandangan politis kubu konservatif dan liberal (dalam politik arus utama Amerika Serikat) sama-sama mendukung (neo)liberalisme.
Neoliberalisme adalah paradigma ekonomi politik yang berlaku di dunia saat ini dan dideskripsikan sebagai sebuah “monokultur” ideologis, artinya ketika kebijakan-kebijakan neoliberal dikritik respon yang lazim dikemukakan adalah “tidak ada alternatif” (there is no alternative atau TINA). Walaupun istilah neoliberalism umumnya tidak dipakai oleh publik di Amerika Serikat, ia merujuk pada sesuatu yang familier bagi semua orang—kebijakan dan proses “yang menjadikan segelintir kepentingan swasta diperbolehkan mengontrol sebanyak mungkin kehidupan sosial untuk memaksimalkan keuntungan pribadi mereka” (McChesney, 1998, h. 7). Neoliberalisme dianut oleh semua pihak dalam berbagai spektrum politik, dari kanan sampai kiri, sehingga kepentingan para investor kaya-raya dan perusahaan-perusahaan besar menentukan kebijakan sosial dan ekonomi. Pasar bebas, badan usaha swasta, pilihan konsumen, prakarsa kewirausahaan, efek merusak regulasi pemerintah, dan sebagainya, adalah prinsip-prinsip neoliberalisme. Sesungguhnya, pelintiran media yang dikontrol korporasi membuat publik percaya bahwa konsekuensi-konsekuensi kebijakan ekonomi neoliberal, yang melayani kepentingan elite kaya raya, itu baik untuk semua orang.
Padahal, dalam kenyataannya kebijakan-kebijakan ekonomi neoliberal menciptakan ketimpangan sosial ekonomi mencolok antara individu dan bangsa-bangsa. Misalnya, kombinasi serupa utang pribadi yang semakin besar dan kesenjangan kemakmuran kian melebar yang mendahului Depresi Besar adalah yang mendasari perekonomian saat ini dan digerakkan oleh penurunan upah, suku bunga tabungan, dan jumlah pekerja yang dicakup skema pensiun swasta. Saat ini, 1% rumah tangga elite di Amerika Serikat memiliki 40% kekayaan nasional (Collins, 1999). Kesenjangan kemakmuran terutama mencolok di kalangan warga Afrika Amerika dan Latino. Walaupun “ekonomi kuat, jumlah orang Amerika yang tidak memiliki asuransi kesehatan bertambah dari tahun 1998 hingga 1999 sekitar 1 juta hingga mencapi 44,3 juta (Pear, 1999). Amerika Serikat tercatat memiliki angka kemiskinan anak tertinggi di kalangan negara-negara industri (Chomsky, 1999).
Pada tataran global, kebijakan ekonomi neoliberal mereproduksi ketimpangan di antara berbagai negara. Kebijakan tersebut, diciptakan oleh pemerintah Amerika Serikat dan lembaga-lembaga keuangan internasional, menghancurkan perekonomian negara-negara seperti Brazil dan Meksiko, sedangkan elite lokal dan korporasi transnasional meraup untung besar (Petras & Veltmeyer, 1999).
Neoliberalisme juga berfungsi sebagai sebuah sistem politik di mana terdapat demokrasi formal tetapi warga negara tetap menjadi penonton, dijauhkan dari setiap partisipasi berarti dalam pembuatan keputusan. McChesney (1998) mendeskripsikan secara ringkas apa demokrasi liberal itu: “perdebatan remeh tentang masalah-masalah sepele oleh pihak-pihak yang pada dasarnya menempuh kebijakan-kebijakan pro-bisnis yang sama apa pun perbedaan formal dan debat kampanye mereka. Demokrasi diperbolehkan sejauh kontrol atas bisnis tidak terjangkau oleh musyawarah masyarakat atau perubahan, tegasnya sejauh itu bukan demokrasi” (h. 9). Warga negara yang mengalami depolitisasi dan apatis, seperti di Amerika Serikat hari ini, adalah hasil buah utama neoliberalisme; warga negara yang bisa dikata didorong oleh “reformasi” pendidikan baru.
Penafian: sama dengan disclaimer dalam paragraf terakhir Pertarungan Ideologi (III).
 
pengertian neoliberalisme
Membaca