Pukul 22.00 saya mendatangi Unique Asia Travel and Tours seperti
yang diminta oleh si penjual tiket. Setelah menunggu lama, saya diantar ke pangkalan
bus dengan dibonceng sepeda motor oleh seorang perempuan yang mengurusi
pemberangkatan bus malam tujuan Phnom Penh. Sampai di pangkalan tentu menunggu
lagi.
Saya menyesal naik bus sleeper, bukan karena menunggunya, tetapi tempat tidur yang sangat
tidak kompatibel dengan bus itu masalahnya. Kayak main-main betul merakitnya. Sudah
begitu, ketika masuk seorang awak bus membagi-bagikan tas kresek untuk
membungkus alas kaki penumpang yang harus dilepas. Tinggi bus dari pabriknya
tentu tidak dirancang tanpa perhitungan terkait aerodinamis tidaknya kendaraan. Modifikasi begini pasti mengurangi
kenyamanan. Apalagi untuk bus bikinan non-Eropa. Dan saya baru sadar bahwa rencana
awal saya adalah naik Giant Ibis, tak harus sleeper.
Bagi orang yang sering mondar-mandir Yogyakarta – Jakarta tentu sudah biasa tidur
di bus malam dengan posisi kursi seperti bus Safari Dharma Raya. Intinya, saya tidak mau mengulangi pengalaman
tidur di kos-kosan berjalan begini. Kapok. Sekitar pukul 8 pagi bus tiba di
Phnom Penh, sambil menunggu bus ke Ho Chi Minh saya mengobrol dengan orang
Malaysia (namanya Mazlan Zonan) yang menempati tempat tidur sebelah saya dalam
perjalanan dari Siem Reap semalam. Di bus dia seranjang berdua dengan kawannya,
yang saya lupa siapa namanya. Mereka menunggu jemputan teman yang tinggal di
Phnom Penh. Tak lama kemudian, persis seperti yang terjadi di Siem Reap, saya diboncengkan oleh
suruhan agen menuju tempat pemberangkatan bus yang cukup jauh dari pemberhentian bus yang datang dari Siem Reap.
|
Tiba di Phnom Penh |
|
Terpaksa naik bus bukan Mercedes :D |
|
Alas kaki harus dilepas :D |
Sampai di pangkalan Khai Nam Transportation ternyata bus sudah
siap, begitu penumpang lengkap bus berwarna biru bermesin Hyundai segera
bertolak ke Saigon, yang setelah Perang Vietnam berakhir diubah namanya menjadi
Kota Ho Chi Minh. Saya bukan bismania memang, tetapi cukuplah untuk tahu betapa
bus Hyundai sangat menjengkelkan bagi orang yang naik bus Hino (yang banyak
dipakai bus Patas Eka trayek Surabaya – Magelang) saja mengeluh. Apa boleh
buat, nikmati saja yang ada.
|
Karcis bus Khai Nam jurusan Ho Chi Minh |
|
Salah satu sudut Phnom Penh suatu hari |
|
Sebuah keluarga Kamboja |
Bus berhenti di sebuah rumah makan. Saya duduk-duduk saja
di luar setelah gagal meyakinkan kehalalan makanan yang tersedia, sesuatu yang
sudah saya antisipasi dengan membeli roti di Siem Reap sebelum berangkat.
Tampaknya rumah makan ini adalah pemberhentian khusus bus-bus Khai Nam, seperti
Rumah Makan Pantes di Brangsong, Kendal, Jawa Tengah, tempat pemberhentian bus
Raya dari arah Solo. Di halaman rumah makan terparkir juga bus tujuan Phnom
Penh yang datang dari Ho Chi Minh.
|
Berhenti sejenak di sebuah pom bensin |
|
Istirahat di rumah makan |
|
Yang ini tujuan Phnom Penh dari Ho Chi Minh |
Tak
lama setelah meninggalkan rumah makan, kenek bus mengumpulkan paspor semua
penumpang. Ketika sampai di perbatasan, para penumpang turun lalu berjalan kaki
masuk ke kantor imigrasi perbatasan Vietnam. Di dalam gedung paspor penumpang
yang sudah dicap resmi keluar Kamboja dan diizinkan masuk Vietnam dibagikan
oleh para awak bus. Petugas imigrasi Vietnam yang berjaga di pintu keluar hanya
melihat paspor dan menyuruh pemiliknya berlalu. Cepat betul proses keimigrasian
di perbatasan Kamboja – Vietnam ini.
Sore hari, bus Khai Nam tiba di dekat perempatan Jalan
Nguyen Trai, Kota Ho Chi Minh.
No comments:
Post a Comment