Pages

Sunday, November 8, 2015

Padang Besar, Perbatasan Malaysia - Thailand



 “Naik bus atau kereta api juga tidak membuat orang memahami budaya masyarakat yang kita lewati, kita cuma melihat sekilas karena kendaraan melaju kencang,” kata seorang peminat tempat-tempat wisata yang didatangi dengan penerbangan. Tampaknya dia tidak terima dengan pernyataan bahwa flying is not real travelling, hanya mengantar orang dari satu titik ke titik lain tanpa nilai lebih perjalanan yang bisa diperoleh untuk memperkaya pengalaman hidup. Iyalah, Nek, mau memahami budaya suatu masyarakat memang tidak bisa dengan perjalanan tetapi belajar saja antropologi. Atau tinggal bersama masyarakat yang dimaksud untuk waktu lama. Bagaimanapun juga kisah-kisah dan pemandangan menarik yang saya dapati dalam perjalanan dari Kuala Lumpur ke Hat Yai hingga Bangkok dan Aranyaprathet tidak akan saya peroleh sekiranya saya naik pesawat dari Jakarta ke Bangkok, lalu terbang lagi ke Siem Reap. Sekali lagi, yang menarik bagi saya adalah pengalaman perjalanan itu sendiri, bukan tujuannya, apalagi objek wisata.
Ketika matahari sepenggalahan kereta api sudah sampai di bagian utara Semenanjung Malaysia. Tampak pagar besi mengapit jalur kereta api. Sejauh yang terlihat pagar itu tidak ada yang dijebol atau dirobohkan untuk orang melompat. Sesekali kereta melewati jembatan penyeberangan orang di atas rel.
Perjalanan Kereta Api di Malaysia dan Thailand
Pagar pembatas sepanjang jalur kereta api, Malaysia utara.

Suasana pedesaan Malaysia menjelang perbatasan dengan Thailand menunjukkan tingginya tingkat kemakmuran di sana. Mungkin karena penduduk negara ini sedikit, tampak dari sepinya orang lalu lalang di sepanjang kiri kanan jalur kereta api. Sesekali saja terlihat petani membajak sawah dengan traktor (beroda empat, bukan traktor tangan seperti yang lazim di tempat kita). Kereta Express Peninsular, walaupun menyandang nama ekspres, berhenti di hampir setiap stasiun. Tetapi hanya untuk menurunkan penumpang, bukan menunggu kereta yang datang dari arah berlawanan (kres). Tak lama. Perjalanan dengan kereta api di Malaysia utara ini sangat nyaman, hampir tak terasa guncangan di kereta api selama perjalanannya yang panjang. Walaupun lokomotif dan gerbong yang dipakai tak lebih baik dari yang ada di negeri kita, harus diakui kualitas rel dan sistem perkeretaapian Malaysia secara keseluruhan lebih baik.


jalur darat Kuala Lumpur - Ho Chi Minh City
Emplasemen stasiun Alor Setar yang bersih dan rapi

Menjelang tengah hari kereta tiba di stasiun Padang Besar di mana para penumpang harus mengurus keimigrasian meninggalkan Malaysia dan masuk ke wilayah Thailand (orang Malaysia menyebut negeri ini Siam, dulu kita juga). Di stasiun perbatasan ini lokomotif penarik rangkaian gerbong Malaysia berhenti dan digantikan dengan lokomotif milik State Railway of Thailand.
Jalur darat Kuala Lumpur - Ho Chi Minh City
Lokomotif Malaysia meninggalkan rangkaian gerbongnya di Padang Besar

Petugas imigrasi di mana-mana sama saja, formal, kaku, menimbulkan kesan tegang. “Proses keimigrasian,” kata MJA Nasir, teman saya peneliti ulos Batak, “adalah proses dehumanisasi.” Dengan seragam cokelat tua ketat mereka, para petugas imigrasi Thailand terkesan lebih kaku dibanding sejawat Malaysia mereka. Dengan tegas seorang petugas perempuan menyuruh seorang turis bule kembali ke Penang untuk mengurus visa. Setelah urusan paspor saya selesai (kita mendapat izin berada di Thailand hanya 15 hari jika masuk melalui jalur darat), saya dapati si turis sedang duduk di ruang tunggu tiket KTM, mungkin dia memesan tiket ke Penang. Hal semacam itu tak akan menimpa kita warga negara Indonesia karena kita bebas masuk ke semua negara anggota ASEAN tanpa visa (entah Myanmar, kabarnya masih dibutuhkan visa on arrival untuk masuk ke sana). Karena penumpang yang hendak ke Hat Yai tak banyak, tugas aparat imigrasi Thailand selesai dalam waktu singkat. Dan mereka kembali menjadi seperti umumnya orang yang ramah dan manusiawi.
Perjanalanan darat dari Malaysia ke Vietnam
Ruang imigrasi Thailand yang lengang setelah pemeriksaan paspor selesai.

Kepada seorang petugas imigrasi Thailand berjilbab saya bertanya sambil menunjuk rangkaian gerbong tanpa loko apakah ini kereta ke Hat Yai. Dalam bahasa Melayu dia menjawab, “Ya, tapi jangan naik dulu. Ke atas saja, makan-makan dulu.”
Perjalanan dengan kereta api dari Kuala Lumpur ke Aranyaprathet
Menunggu loko penarik dari Thailand

Saya naik ke lantai atas. Ada semacam kafetaria dipenuhi bendera-bendera Malaysia. Ya, stasiun Padang Besar memang masih sepenuhnya berada di wilayah Malaysia. Malaysia berbagi tempat di stasiun itu untuk kantor imigrasi dan kantor Kereta Api Negara Thailand.
Perjalanan darat dari Malaysia ke Vietnam
Menunggu kereta bertolak ke Hat Yai, sebuah keluarga makan di kafetaria stasiun Padang Besar

Kereta api Express Peninsular Kuala Lumpur Hat Yai
State Railway of Thailand di Stasiun Padang Besar, Malaysia
Setelah makan di warung yang menerima pembayaran dengan uang ringgit dan bath, saya turun ke peron untuk melihat-lihat suasana. Saya menjumpai petugas imigrasi Thailand yang masih sangat muda berpotongan rambut ala petarung Thai boxing merokok dengan santai kendati larangan merokok dalam bahasa Melayu dan Thai bertebaran. Ketika rombongan gadis berjilbab Malaysia yang hendak ke Krabi mengajaknya berfoto, dia tersenyum sambil menyembunyikan rokok di balik punggungnya. Beberapa saat kemudian lokomotif penarik milik Thailand datang. Perjalanan ke Hat Yai segera dimulai.

Jalur darat Malaysia - Vietnam
Loko milik Thailand datang.

Perjalanan darat dari Kuala Lumpur sampai Ho Chi Minh City
Express Peninsular siap bertolak ke Hat Yai dari Stasiun Padang Besar

 Belum lama kereta meninggalkan stasiun Padang Besar, seorang petugas kereta api Malaysia (di kita mungkin setara dengan juru rem, melihat penampilannya) menanyakan tiket saya. Dugaan saya ini upaya akal-akalan untuk mendapatkan uang secara tidak sah, mungkin saya akan dimintai uang sekiranya tiket saya bukan gerbong sleeper dan pindah ke sini selepas Padang Besar. Setelah saya tunjukkan bahwa dari awal tempat tidur ini memang sesuai tiket saya dia mengatakan kalimat-kalimat tidak jelas tetapi saya tangkap maksudnya bahwa dia ingin memastikan bahwa saya berada di tempat semestinya. Dugaan upaya penipuan (scam) ini dikuatkan oleh tawa gadis-gadis tujuan Krabi ketika si petugas melewati mereka dan tidak berani mengangkat muka ketika ditertawakan rombongan gadis itu. Yah, namanya juga usaha.
Begitu memasuki wilayah yang dipenuhi bendera Thailand dan aksara-aksara tak terbaca guncangan kereta karena sambungan rel yang terlalu pendek mulai terasa. Kondisi rel seperti ini mengingatkan saya pada perjalanan dengan kereta api antara Jakarta dan Cirebon pada awal 1990-an. Jauh betul beda sistem kereta api Thailand dari Malaysia. Kiri kanan jalur kereta api persis di negeri kita, tanpa pagar pembatas yang mencegah orang tidak berkepentingan masuk. Rangkaian gerbong tidak melaju secepat ketika ditarik loko Malaysia di wilayah Malaysia. Pemandangannya persis pedesaan Jawa Barat di jalur kereta api menjelang masuk Jakarta. Kumuh. Atmosfer kemiskinan tampak jelas. Kecuali halaman rumah dan mulut-mulut jalan berhias pagoda dan bendera-bendera Thailand yang berkibar lesu, tak ada bedanya dengan pemandangan di Indonesia.
Perjalanan darat dari Kuala Lumpur ke Ho Chi Minh City
Tak ada pagar pembatas jalur kereta api di Thailand selatan.

Lewat tengah hari rangkaian gerbong Express Peninsular yang ditarik lokomotif Thailand (persis yang digunakan di negeri kita sewaktu kereta api masih ditangani PJKA) tiba di stasiun Hat Yai. Gerbang masuk semua kereta api dari perbatasan Thailand dan Malaysia.
Wisata kereta api dari Kuala Lumpur ke Aranyaprathet
Lokomotif Thailand melepas rangkaian gerbong di Stasiun Hat Yai, Thailand.


Catatan:
-          Patuhi semua peraturan yang berlaku di negeri orang demi menghindari hal-hal yang tidak perlu.
-          Semua gambar saya ambil dengan kamera hp Samsung, pakai saja kalau Anda mau.
-          Catatan perjalanan sebelumnya: Semalam di Malaysia,


2 comments: