Pages

Monday, February 29, 2016

Prambanan – Ngawi (jalur alternatif) II




Ikuti saja jalan yang menuju ke Ngargoyoso, rambu-rambu penunjuk arah di daerah ini sangat jelas. Maklum kawasan wisata. Selain Tawangmangu, di kawasan ini terdapat Candi Sukuh yang konon masih saudara jauh kuil-kuil berbentuk piramida serupa di Amerika Selatan sana, dan tentu saja sama-sama menyimpan relief tentang alien. Katanya begitu. Nggak tahu juga kebenarannya. Tapi dugaan-dugaan begitu asiklah untuk menghibur diri di tengah himpitan kesulitan hidup yang makin kuat saja cengkeramannya. Kata Indira Gandhi bangsa yang lama tertindas memang butuh hiburan.
Jalur alternatif dari Yogyakarta, Sukoharjo, Karanganya, Ngawi
Rambu penunjuk ke Ngargoyoso/Jenawi

Selalu ambil arah menuju Ngargoyoso, tapi boleh juga yang menuju ke Tawangmangu, kalau mau ke Sarangan, Plaosan, Magetan, Maospati lalu Ngawi. Tetapi kali ini saya memilih yang lewat Ngargoyoso, Jenawi, Sine, Ngawi.
Jalur alternatif perbatasan Yogya, Jawa Tengah dan Jawa Timur
Penunjuk arah ke Candi Sukuh dan Ngargoyoso/Candi Cetho

Ambil yang arah Ngargoyoso/Candi Cetho. Sesudah bertemu rambu berikut, ambil yang arah Jenawi/Candi Cetho.
jalur mudik asik Yogya, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Ngawi, Magetan, Wonogiri
Rambu penunjuk ke Jenawi/Candi Cetho

Begitu memasuki jalan tersebut, tak lama kemudian Anda akan disambut hijaunya perkebunan teh dan kabut sesekali bila musim penghujan. Luar biasa sih tidak pemandangannya. Pemandangan pegunungan di mana-mana sama: indah. Jalur ini begitu istimewa bagi saya karena dahulu saya dan teman saya Muskap Tafsiri pernah berjalan kaki menyusuri jalan ini dari wilayah Ngawi (Desa Banyubiru, Kecamatan Widodaren) ke Candi Ceto, Candi Sukuh, Tawangmangu, Matesih, dan Ngrawoh di Karang Anyar.
Jalur alternatif Yogya, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Ngawi
Berjalan kaki dari sini, tentu jauh sebelum bocah ini ada :D

Ketika lagu Mimpi Anggun C. Sasmi sedang top-topnya, kami memulai perjalanan dari Dusun Tempurejo, Desa Banyubiru, Kecamatan Widodarean menuju perkebunan karet milik PTP XII Tretes, terus berjalan sampai Desa Jagir hingga Kota Sine, lalu menyeberang Kali Sawur yang memisahkan Jawa Timur dengan Jawa Tengah menuju rumah Kang Marwan di tepi Waduk Gebyar. Kami menempuh waktu seharian untuk jarak yang paling banter cuma dua jam sudah sampai dengan kendaraan bermotor.
Jalur alternatif Yogyakarta, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Ngawi, Magetan, Wonogiri
Waduk Gebyar, Jambeyan, Sambirejo, Sragen, Jawa Tengah

 Paginya, dari tepi waduk yang kering di musim kemarau itu kami  menyusuri jalan yang waktu itu masih mirip setapak dan sebagian makadam hingga Desa Anggrasmanis di Kecamatan Jenawi, Kabupaten Karanganyar. Matahari sudah beranjak ke peraduannya ketika kami sampai di desa itu. Setelah bermalam di Anggrasmanis, kami melanjutkan berjalan kaki menuju Candi Cetho.
Lalu kami berjalan kaki lagi menuju Candi Sukuh, yang waktu itu dipakai sebagai lokasi shooting sinetron berdasarkan sebuah sandiwara radio yang banyak digemari saat itu. Mungkin begitu, karena ada yang disebut Empu Tong Bajil dalam salah satu adegan. Lepas Isya’ kami menginap di rumah Pak RT di bawah kaki bukit Candi Sukuh yang enam belas tahun kemudian sudah bukan Pak RT lagi ketika kami kembali mengunjungi orang baik hati itu. Dalam kunjungan nostalgia itu kami belum cukup gila untuk berjalan kaki dari Ngawi. Dan masih cukup waras untuk tidak berjalan kaki ke Tawangmangu menerobos lewat Sukuh lalu berjalan kaki hingga Matesih terus sampai ke Ngrawoh, Karanganyar.
Jalur alternatif fun Jawa Tengah Jawa Timur
wkwkwkwkw

Kalau Anda mau singgah ke Candi Cetho, ikuti saja petunjuk dalam gambar berikut. Kalau mau terus ke Sine (Ngawi) atau Sambirejo (Sragen) ikuti petunjuk ke Jenawi.
Jalur alternatif Yogya, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, Ngawi, Magetan, Wonogiri
Rambu penunjuk ke Candi Cetho

Cetho adalah candi peninggalan kerajaan Majapahit fase terakhir, karena itu wajar jika di kiri kanan jalan Anda jumpai papan nama pura. Mayoritas penduduk di sekitar Candi Cetho beragama Hindu. Pemandangan alam menyegarkan seperti berikut bisa Anda nikmati di sepanjang perjalanan menuju Jenawi.
Jalur mudik asik Yogya - Ngawi
Memasuki area perkebunan teh Karanganyar

Jalur alternatif Yogya, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Ngawi, Magetan, Wonogiri
Pemandangan antara Ngargoyoso - Jenawi
jalur asik lereng Lawu
Jalan berkelok membelah kebun teh

Jalur alternatif Yogyakarta, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, Ngawi, Magetan, Wonogiri
Hijau perkebunan teh menghampar
Jalur alternatif Yogya, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, Ngawi, magetan, Wonogiri
Jalanan lengang yang bagus


Jalur alternatif Yogya, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, Ngawi, Magetan, Wonogiri
Naik turun di punggung Lawu

Sesudah melewati gapura selamat jalan ini, Anda ambil kanan. 
 
Jalur alternatif Yogya, Klaten, Sukoharjo, Karanganyar, Sragen, Ngawi
Gapura Selamat Jalan
Sampai di pertigaan pertama ada tugu lilin, Anda bisa ambil kanan untuk sampai di Desa Anggrasmanis, lalu masuk wilayah Jawa Timur tepatnya di Desa Wonosari, Kecamatan Sine, Kabupaten Ngawi. Ikuti saja jalan utama sampai di kota Sine. Ambil kanan kalau mau ke Ngawi, kiri kalau mau ke Winong, Kadungbanteng (Gondang), dan Tunjungan di Sragen.
Jika Anda ingin lewat Jambeyan Sambirejo Sragen, tugu lilin tadi terus saja, ikuti jalan utama itu hingga di Sukorejo, Jambeyan tampak tanda penunjuk ke Sine. 
Jalur alternatif Yogya Klaten Sukoharjo Karanganyar Sragen Ngawi Magetan Wonogiri
Penunjuk arah ke Sine, Ngawi, Jawa Timur

Sama saja sampainya ke Sine, hanya yang lewat Jambeyan ini (untuk saat ini) jalannya lebih bagus dan tak terlalu tajam naik turunnya (dari dulu hingga kini). Antara Sragen dan Ngawi di daerah perbatasan ini dihubungkan oleh jembatan dengan tanjakan curam, kalau tidak terampil membawa mobil, tidak dianjurkan lewat sini. Anda bisa mengambil jalur lewat Anggrasmanis di atas atau tanda ke Sine di Jambeyan itu diabaikan dan lurus saja sampai ke Winong, ambil kanan jurusan ke Ngawi melalui jalan yang lebih mudah.
Jika akan ke Magetan, sampai di pertigaan Pasar Jogorogo ambil kanan.
Nah, selamat berpetualang.

Sunday, February 28, 2016

Prambanan – Ngawi (jalur alternatif) I



Lewat jalur normal, dari Prambanan ke Ngawi bisa ditempuh mengikuti jalan raya Yogyakarta – Solo. Ikuti saja rambu-rambu penunjuk arah yang ada. Beres. Tetapi kalau ingin menghindari padatnya arus lalu lintas dan ingin berkendara santai, jalur berikut bisa ditempuh. Secara kilometer tentu saja lebih jauh dan memakan waktu lebih lama, tetapi cobalah sesekali, siapa tahu menyenangkan.
Tak lama setelah meninggalkan Prambanan dan selepas SPBU Pandan Simping, sesudah rambu penunjuk jalan ke Wedi, Bayat, dan Gantiwarno Anda akan melihat papan nama Triana di sebelah kanan jalan dari arah Yogyakarta. Ambil kanan untuk menyeberang dan masuk ke jalan tepat di samping toko oleh-oleh Triana.
jalur alternatif Yogyakarta - Ngawi
Rambu penunjuk arah ke Wedi

Jalur alternatif asyik
Jalan ke Wedi

Ikuti jalan itu, tak lama kemudian Anda akan menyeberangi perlintasan kereta api Stasiun Srowot, terus saja ikuti jalan tersebut sampai Pasar Wedi hingga bertemu tugu di pertigaan, ambil kanan, ikuti jalan itu dengan rambu-rambu petunjuk arah yang jelas. 
Jalur alternatif Yogya - Sukoharjo - Karanganyar - Ngawi
Tugu pertigaan Pasar Wedi ambil kanan

Hingga pertigaan dengan rambu-rambu ke Gantiwarno, ambil kiri. Ikuti terus jalan itu, hingga Bayat, terus saja, setelah rambu petunjuk menuju Wonogiri, Anda terus saja sampai Cawas, terus saja sampai bertemu rambu ini.
Jalur alternatif menyenangkan
Rambu penunjuk arah ke Sukorharjo

Ambil jalan menuju Sukoharjo, lurus yang dilalui motor dalam gambar ini.
Jalur alternatif Yogya - Ngawi
Ke Sukoharjo lurus

Sampai di pertigaan tugu Tawangsari, ambil kiri.
Tugu pertigaan Tawangsari

Terus saja ikuti jalan tersebut sampai melewati Pabrik Sritex, begitu sampai di perempatan (agak menceng) dengan lampu pengatur lalu lintas ambil kanan menuju Sukoharjo kota. Selepas alun-alun ada perempatan dengan lampu pengatur lalu lintas, lurus saja, lurus terus pada perempatan berikutnya hingga bertemu penunjuk jalan ke arah Polokarto di Bendosari seperti dalam gambar ini. Ambil kiri ke arah Polokarto.
Jalur alternatif Yogyakarta - Prambanan - Sukohrajo - Karanganyar - Ngawi
Rambu ke Polokarto di Bendosari sebelum Waduk Mulur

Menjelang Pasar Polokarto, ada rambu-rambu penunjuk jalan yang menunjukkan arah kanan ke Matesih sedangkan lurus ke Solo Karanganyar Sragen. Ambil lurus.

Jalur alternatif asyik
Rambu arah Solo Karanganyar Sragen di Polokarto
Terus saja sampai mentok di pertigaan jalan yang membujur timur ke barat, ambil kanan sampai bertemu rambu dalam gambar di bawah:
Jalur alternatif asik
Ambil arah Kebakkramat Sragen

Ambil yang arah Kebakkramat/Sragen. Terus ikuti jalan itu sampai bertemu rambu penunjuk jalan berikut:
Jalur alternatif fun
Lurus saja

Ambil lurus arah Solo Sragen Kebakkramat sampai bertemu perempatan besar Papahan dengan traffic light, tampak pos polisi di seberang, ambil kanan arah ke Kota Karanganyar. Terus saja sampai keluar kota Karanganyar sampai bertemu rambu penunjuk berikut.
Jalur alternatif asik
Rambu ke Ngargoyoso di Karangpandan

Ambil jurusan ngargoyoso



Saturday, February 27, 2016

Intelektual Kuping





Negara muncul karena kebutuhan dan ke­ingin­an manusia. Keinginan itu terwujud dalam segala tindakan yang menyebabkan munculnya kerja sama di antara mereka. Mustahil disangkal bahwa manusia tidak bisa berbuat banyak tanpa kerja sama untuk me­menuhi kebutuhan mereka. Tak ada orang yang bisa hidup secara individual. Begitu Plato berkata. Kerja sama ini, dalam pandangan Plato, sangat penting guna merefleksikan sifat humanis dalam diri manusia. Dari konsep Plato ini bisa disimpulkan bahwa pada awalnya manusia dipandang sebagai subjek individualistis. Namun, se­iring waktu berjalan, kepentingan individu akan berhadapan dengan kepentingan individu yang lain. Wajar jika terjadi ben­turan. Kepentingan yang bertemu tentu akan menimbulkan konsensus, yang oleh Jean Jacques Rosseau diistilahkan sebagai kontrak sosial. Kontrak Sosial Rousseau menunjuk pada sebuah konsep yang dibahas semua ahli hukum dan filsuf politik. Mereka percaya bahwa negara adalah hasil kesepakatan atau perjanjian di antara manusia. Tujuan Negara adalah melindungi orang-orang yang menyebabkan adanya negara tersebut. Dengan demikian negara, menurut Plato, men­jadikan manusia satu dengan manusia yang lain mengubah rasa individualistis menjadi kebersamaan.
“Sebentar, sebentar, jangan bicara Plato dulu. Apakah Anda pernah membaca Du Contrat Social karya Jean Jacques Rousseau atau minimal versi Inggrisnya The Social Contract?”
“Sebetulnya saya lebih banyak tahu tentang Rousseau dari kutipan-kutipan dalam berbagai bacaan, tetapi lebih banyak lagi dalam obrolan.”
“Pertanyaannya: Anda sudah baca karya Rousseau itu belum?”
“Oh .... tentu saja belum.”
bacaan kita
hahaha

minat baca kita
Jean-Jacques Rousseau, The Social Contract

Bahwa hukum tidak bisa dilepaskan dari keadilan sudah digagas sejak Aristoteles membuat pembedaan men­dasar atas konsep hukum melalui gagasan keadilan distributif dan keadilan korektif. Bagi Aristoteles, ke­adilan distributif adalah konsep keadilan menyangkut pem­bagian ba­rang-barang dan kehormatan kepada masing-masing orang sesuai dengan tempatnya dalam masyarakat. Aristoteles menyepakati pan­dangan Plato bahwa kedudukan semua orang di muka hu­kum adalah sama.
Pertanyaannya sama, sudah pernah membaca buku Politik karya Aristoteles?
Jawabannya sama juga: Belum.

minat baca kita
Politik, Aristoteles

Sangat menarik sebetulnya, banyak yang menghubung-hubungkan bentuk republik dengan karya Plato, Republik. Benar bahwa kata republik berasal dari kata res publica persis seperti judul buku klasik Plato tersebut. Namun, menurut Robin Waterfield, judul Republik adalah terjemahan meleset dari politeia Yunani. Kata Yunani ini memang beberapa kali muncul dalam buku tersebut, bahkan menjadi judulnya, dan terjemahan ini sebetulnya berarti “sistem politik”. Politeia adalah kehidupan publik dan politik suatu komunitas; dalam bahasa Latin disebut res publica, “urusan umum”. Karya-karya Yunani biasa disebut dengan judul Latin atau dilatinkan: jadilah Republik. Padahal buku Plato itu sama sekali bukan risalah tentang republikanisme. Apa mau dikata, judul itulah yang lestari.
minat baca kita
Republik, Plato

Tak usah ditanya, sebab jawabnya juga akan sama: belum pernah membaca secara utuh Republic karya Plato.
minat baca kita

Pak Damarjati Supajar yang lebih dikenal khalayak berkat ceramahnya di radio tentang filsafat populer yang kental aroma gathuk entuk-nya itu sesungguhnya orang yang sangat ahli tentang filsafat Whitehead .... Jangan diteruskan sebaiknya, sebab saya tahunya cuma White Lion
minat baca kita

Ada yang pernah bertanya “apa sebetulnya kegunaan filsafat dalam hidup ini?” Saya bisa menjawab pertanyaan sulit ini dengan mudah: untuk bahan mengobrol saja. Hahaha. Setidak-tidaknya itulah gunanya bagi saya sebagai orang yang pernah mendengar komentar sinis tentang banyaknya intelektual kuping semasa kuliah dahulu.
Saya tidak sedang menyindir siapa-siapa, apalagi produk sistem pendidikan kita, melainkan hanya menceritakan pengalaman pribadi. Kalau mau menyindir, pasti saya sebutkan bahwa orang yang mengaku ber-IQ 139 itu sejatinya ... Tetapi buat apa? Untuk masyarakat yang hidup di negeri dengan minat baca belum tumbuh benar sudah digusur budaya nonton lalu Internet bersimaharaja agaknya mau membeli buku saja sudah bagus. Meskipun snobisme mengatakan di medsos sedang membaca buku The Myth of Happiness itu memang hanya bisa dibilang mengenaskan.
Andai saja saya mematuhi anjuran hanya mengatakan apa yang benar-benar saya tahu, untuk kasus buku hanya yang benar-benar saya baca, pasti yang saya tulis adalah kajian penuh kedalaman sarat kebijaksanaan intelektuil sedalam samudra bukan riak-riak selokan yang kedalamannya cuma semata kaki begini.