Pages

Friday, February 5, 2016

Inisial




Pemilik akun @restyies mengatakan, “#AhKamu ... tsk kopi maut Jessica Kemala Wongso kok gk disingkat JKW aja ...
Inisial nama presiden RI

Benar, dahulu media massa kita tertib menyingkat nama tersangka pelaku maupun korban kejahatan dengan inisial, selain kelaziman menutup mata pada gambar tersangka maupun korban kejahatan. Tetapi bukan pergeseran penulisan nama tersangka menjadi inisial itu benar yang menjadi perhatian saya. Sejak pemerintahan Presiden Yudhoyono saya sering bertanya-tanya, “Apa kekuatan inisial hingga Susilo Bambang Yudhoyono lebih populer dengan sebutan SBY?”
Pertanyaan ini membuat saya mengingat-ingat siapa dulu sapaan Presiden Yudhoyono sewaktu menjabat sebagai Komandan Korem Pamungkas Yogyakarta. Yang bisa saya ingat adalah ucapan salah seorang teman berikut, “Jangan main-main sama Bambang, Komandan Korem itu, dia membaca buku-buku Huntington.” Tahun berganti dan muncullah nama SBY. Penyebutan nama presiden dengan inisial ini sejauh yang bisa saya ingat baru ada pada zaman SBY. Tentu dalam konteks Indonesia, karena di Amerika Serikat ada JFK.
Lucu juga, dahulu banyak ejekan terhadap Orde Baru yang dituding gemar membikin singkatan seperti AMD (ABRI Masuk Desa), UDKP, LKMD, Harkitnas, Hardiknas hingga Sesdalopbang. Kendati demikian nama Sesdalopbang (Sekretaris Pengendali Operasional Pembangunan) tetap disebut Solihin GP, bukan SGP.  Orde Baru tumbang, tapi akronim dan singkatan semakin marak saja. Terkait inisial nama presiden dan wakil presiden, misalnya SBY – JK, tampaknya itu merupakan strategi pemilu agar nama capres dan cawapres lebih mudah diingat pubik. Paling tidak sejak 2004 pemenang pemilihan umum presiden adalah para calon yang menggunakan inisial nama. Termasuk penguasa sekarang. Padahal kalau dilihat nama penguasa sekarang, mestinya inisialnya JW. Tetapi mungkin inisial tiga huruf lebih sakti dari yang dua huruf. Kuncinya mungkin terletak pada tiga suku kata, hingga dalam surat resmi terkait kapsul waktu atau apa itu nama dalam tanda tangan bukan nama resmi melainkan nama panggilan yang terdiri atas tiga suku kata. Maka dari itu kurang sukseslah Surya Paloh ketika coba dipopulerkan dengan SP. Cuma dua suku kata dalam pelafalannya.
Itu tadi cuma gathuk entuk. Tapi soal mudah diingat itu terbukti ampuh seperti sering dikatakan Noam Chomsky ketika membahas slogan “Support Our Troop”. Cukup gaungkan “Dukung Pasukan Kita”, tapi jangan diuraikan mendukung untuk apa. Jika dijabarkan bisa runyam urusan. Mungkin karena massa itu lamban dan malas, ingatan mereka lemah, mereka hanya bereaksi pada ribuan kali pengulangan ide paling sederhana. Begitu kata Joseph Goebbels.

No comments:

Post a Comment