Pages

Sunday, February 7, 2016

Merger dan Reorganisasi Bank CIMB Niaga




Merger dan Reogranisasi Bank CIMB Niaga
Di dunia bisnis wajar jika sebuah perusahaan berkeinginan mempunyai banyak unit kegiatan yang berdiri sendiri maupun unit-unit sebagai bagian yang hanya melaksanakan keputusan kantor pusat. Apa pun bentuk yang dipilih suatu perusahaan, unit-unit usaha tersebut sangat mungkin mendatangkan kesulitan bagi perusahaan dalam hal pengelolaan. Kesulitan-kesulitan itu dapat mendorong perusahaan melakukan restrukturisasi.
Di lain pihak, wajar juga jika kegiatan operasi perusahaan tidak mampu beradaptasi dengan dan mengimbangi dinamika bisnis di pasar. Jika ini terjadi, perusahaan tentu akan mengalami kesulitan keuangan karena pendapatannya tidak cukup untuk menutupi biaya operasinya. Langkah yang lazim ditempuh dalam hal ini adalah mengurangi kegiatan operasi. Persoalan-persoalan demikian erat kaitannya dengan restrukturisasi dan reorganisasi.
Restrukturisasi adalah aktivitas mengubah struktur perusahaan, bisa membesar atau semakin ramping. Restrukturisasi yang menambah besar struktur perusahaannya bisa dilakukan dengan merger atau akuisisi. Misalnya, perusahaan melakukan integrasi vertikal untuk mengamankan sumber bahan baku (seperti yang dilakukan Indofood ketika mengambil alih Bogasari), atau mengamankan distribusi hasil produksinya (seperti Indomaret dengan Indomarco-nya). Sedangkan restrukturisasi untuk perampingan usaha dilakukan dengan cara menjual unit-unit kegiatan yang dipandang kurang menguntungkan (sell-off ) atau pemisahan unit-unit kegiatan dari kegiatan korporasi (spin-off) sehingga unit kegiatan akan berdiri sebagai sebuah perusahaan terpisah.
Sedangkan istilah reorganisasi berkaitan dengan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan agar mampu bertahan dan/atau mengurangi skala usaha agar terbebas dari kesulitan keuangan ketika situasi ekonomi tidak menguntungkan. Asumsi dasar perusahaan melakukan reorganisasi adalah perusahaan masih mempunyai kemampuan operasional yang cukup baik dalam situasi ekonomi tidak bagus. Hal ini umumnya ditekankan pada efisiensi biaya (khususnya biaya tetap) dalam struktur biaya perusahaan. Penekanan pada efisiensi biaya tetap ini dalam istilah reorganisasi disebut sebagai reorganisasi finansial.
Reorganisasi finansial sering dibarengi dengan upaya konsolidasi, yaitu membuat perusahaan menjadi lebih “ramping” secara operasional. Reorganisasi dan konsolidasi dilakukan dengan cara:
a.    Melakukan penghematan biaya, artinya pengeluaran-pengeluaran yang tidak penting, ditunda atau dibatalkan.
b.   Menjual aktiva yang tidak diperlukan.
c.    Divisi (unit bisnis) yang tidak menguntungkan dihilangkan atau digabung.
d.   Menunda rencana ekspansi hingga situasi dinilai lebih menguntungkan.
e.    Memanfaatkan kas yang ada, tidak menambah utang, dan menjaga likuiditas. Dalam jangka pendek mungkin sekali profitabilitas dikorbankan                       ( profitabilitas terpaksa negatif ).

Bank  CIMB  (Commerce International Merchant Bankers Berhad) Niaga  didirikan pada  26  September  1955  dengan nama  Bank  Niaga.  Pada  awalnya fokus  utama  bank ini adalah  membangun nilai-nilai inti dan profesionalisme perbankan sehingga Bank  Niaga  dikenal  luas  sebagai  penyedia  produk  dan  layanan berkualitas yang terpercaya. Pada tahun 1987, Bank Niaga membedakan diri dari para pesaingnya di pasar domestik dengan menjadi bank  pertama yang menawarkan kepada nasabahnya  layanan  perbankan  melalui  mesin  ATM. Pencapaian ini dikenal luas sebagai masuknya Indonesia ke dunia perbankan modern. Kepemimpinan Bank Niaga dalam  penerapan teknologi terkini semakin  dikenal di  tahun  1991  dengan  menjadi  yang  pertama  memberikan nasabahnya layanan perbankan online.
Bank  Niaga  menjadi  perusahaan  terbuka  di  Bursa  Efek  Jakarta  dan Bursa  Efek  Surabaya  (kini  Bursa  Efek  Indonesia/BEI)  pada  tahun  1989. Keputusan untuk menjadi perusahaan terbuka merupakan tonggak bersejarah bagi Bank dengan meningkatkan akses pendanaan yang  lebih luas. Langkah ini  menjadi  katalis  bagi  pengembangan  jaringan  Bank  di  seluruh  pelosok negeri. Pemerintah  Republik  Indonesia  selama  beberapa  waktu  pernah menjadi pemegang saham mayoritas Bank CIMB Niaga saat terjadinya krisis keuangan  pada akhir  1990-an. 
Pada  November  2002,  Commerce Asset-Holding  Berhad  (CAHB),  kini  dikenal  luas  sebagai  CIMB  Group Holdings  Berhad  (CIMB  Group  Holdings),  mengakuisisi  saham  mayoritas Bank  Niaga  dari  Badan  Penyehatan  Perbankan  Nasional  (BPPN).  Pada Agustus 2007 seluruh kepemilikan saham berpindah tangan ke CIMB Group sebagai  bagian  dari  reorganisasi  internal  untuk  mengonsolidasi lan aktivotas seluruh anak perusahaan CIMB Group dengan platform universal banking.
Dalam  transaksi  terpisah,  Khazanah  yang  merupakan  pemilik  saham mayoritas  CIMB  Group  Holdings  mengakuisisi  kepemilikan  mayoritas LippoBank pada tanggal 30 September 2005. Seluruh kepemilikan saham ini berpindah tangan menjadi milik CIMB Group pada tanggal 28 Oktober 2008 sebagai bagian dari reorganisasi internal yang sama.Sebagai  pemilik  saham  pengendali  dari  Bank  Niaga  (melalui  CIMB Group)  dan  LippoBank,  sejak  tahun  2007  Khazanah  memandang penggabungan (merger) sebagai suatu upaya yang harus ditempuh agar dapat mematuhi kebijakan Single Presence Policy  (SPP) yang telah ditetapkan oleh Bank  Indonesia. Penggabungan ini merupakan  merger pertama di  Indonesia terkait  dengan  kebijakan  SPP.  Pada  Mei  2008  nama  Bank  Niaga diubah menjadi  Bank  CIMB  Niaga.  Kesepakatan  Rencana  Penggabungan Bank  CIMB  Niaga  dan  LippoBank  telah  ditandatangani  pada  bulan  Juni 2008  yang  dilanjutkan  dengan  Permohonan  Persetujuan  Rencana Penggabungan  dari  Bank  Indonesia  dan  penerbitan  Pemberitahuan  Surat Persetujuan Penggabungan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada Oktober  2008.  LippoBank  secara  resmi  bergabung  ke  dalam  Bank CIMB Niaga pada tanggal 1 November 2008 (Legal Day 1 atau LD1) yang diikuti dengan pengenalan logo baru kepada masyarakat luas.
Saat  ini Bank CIMB Niaga merupakan  bank  ke-7  terbesar  di  Indonesia  berdasarkan  aset  serta  ke-2 terbesar di segmen Kredit Kepemilikan Rumah dengan pangsa pasar sekitar 9-10%.  Bumiputra-Commerce  Holdings  Berhad  (BCHB)  memegang kepemilikan mayoritas sejak 25 November 2002, kemudian dialihkan kepada CIMB Group, anak perusahaan yang dimiliki sepenuhnya oleh BCHB, pada 16 Agustus 2007. Sebagai salah satu bank paling inovatif di Indonesia, Bank Niaga  memperkenalkan  layanan  ATM  pada  tahun  1987  dan  menerapkan sistem  perbankan  on-line  pada  tahun  1991.  Dengan  lebih  dari  6.000 karyawan,  Bank  Niaga  menawarkan  rangkaian  lengkap  produk  dan  jasa perbankan, baik konvensional maupun Syariah melalui 256 kantor cabang di 48  kota  di  Indonesia.  Bank  Niaga  memiliki  reputasi  yang  sangat  baik  di bidang pelayanan nasabah dan tata kelola perusahaan, serta telah melahirkan banyak bankir andal di Indonesia.
Melalui  jaringan  kantor  cabang  dan  ATM  yang  luas  serta keberagaman  jalur  distribusi  perbankan  elektronik,  Bank  Niaga menghadirkan  layanan  perbankan  yang  dikemas  sesuai  selera  nasabahnya. Diantara  berbagai  penghargaan  pernah  diterima  diantaranya  peringkat pertama  untuk  Performance  Management  and  Training  and  Development pada  ajang  HR  Excellence  Award  2007,  dinobatkan  sebagai  Bank  Terbaik oleh  Majalah  Investor,  serta  predikat  ‘The  Most  Consistent  Bank  in  Service Excellence’  oleh  Marketing  Research  Indonesia  pada  tahun  2006.  Selama lima  tahun  berturut-turut  antara  2003-2007,  Bank  Niaga  memperoleh penghargaan  Laporan  Tahunan  Terbaik  untuk  kategori  perusahaan  swasta sektor publik keuangan dalam Annual Report Award.
Sedangkan sejarah  Grup  Lippo  diawali ketika  Mochtar  Riady  (Lie  Mo  Tie) membeli  sebagian  saham  di Bank  Perniagaan Indonesia milik  Haji Hasyim  Ning pada1981.  Waktu  dibeli,  aset  bank  milik keluarga  Hasyim  telah  merosot  menjadi  hanya  sekitar  Rp  16,3  miliar. Mochtar  sendiri  pada  waktu  itu  tengah  menduduki  posisi  penting  di Bank Central  Asia,  bank  yang  didirikan  oleh  keluarga Liem  Sioe  Liong.  Mochtar Riady bergabung dengan BCA pada 1975 setelah meninggalkan Bank Panin. Di BCA, Mochtar mendapatkan share sebesar 17,5 persen saham dan menjadi  orang  kepercayaan  Liem  Sioe  Liong.  Aset  BCA  ketika  Mochtar Riady bergabung hanya Rp 12,8 miliar. Mochtar baru keluar dari BCA pada akhir 1990 dan ketika itu aset bank tersebut sudah di atas Rp5 triliun.
Dua  tahun  kemudian,  pada 1989,  bank  ini  melakukan  merger dengan Bank Umum Asia dan sejak itu lahirlah Lippobank. Bergabungnya  LippoBank  ke  dalam  Bank  CIMB  Niaga  merupakan sebuah  lompatan  besar  di  sektor  perbankan  Asia  Tenggara.  Bank  CIMB Niaga kini menawarkan nasabahnya layanan perbankan yang komprehensif di Indonesia dengan menggabungkan kekuatan di bidang perbankan  ritel, UKM dan korporat dan juga layanan transaksi pembayaran.
Penggabungan  ini  menjadikan  Bank  CIMB  Niaga  menjadi  bank terbesar  ke-5  dari  segi aset,  pendanaan,  kredit  dan  luasnya  jaringan  cabang. Dengan  komitmennya  pada  integritas,  ketekunan  untuk  menempatkan perhatian  utama  kepada  nasabah  dan  semangat  untuk  terus  unggul,  Bank CIMB Niaga akan terus memanfaatkan seluruh daya yang dimilikinya untuk menciptakan  sinergi  dari  penggabungan  ini.  Keseluruhannya  merupakan nilai-nilai  inti  Bank  CIMB  Niaga  dan  merupakan  kewajiban  yang  harus dipenuhi bagi masa depan yang sangat menjanjikan.

Bacaan
Brigham, Eugene F. dan Philip R. Daves, Intermediate Financial Management, International Student Edition, 8th edition, Thomson, South Western 2004.
Borsuk, Richard dan Nancy Chng, Liem Sioe Liong’s Salim Group, ISEAS, Singapore, 2014.
www.cimbniaga.com

No comments:

Post a Comment