Di dunia bisnis
wajar jika sebuah perusahaan berkeinginan mempunyai banyak unit kegiatan yang
berdiri sendiri maupun unit-unit sebagai bagian yang hanya melaksanakan keputusan
kantor pusat. Apa pun bentuk
yang dipilih suatu perusahaan, unit-unit usaha tersebut sangat mungkin
mendatangkan kesulitan bagi perusahaan dalam hal pengelolaan.
Kesulitan-kesulitan itu dapat mendorong perusahaan melakukan restrukturisasi.
Di lain
pihak, wajar juga jika kegiatan operasi perusahaan tidak mampu beradaptasi
dengan dan mengimbangi dinamika bisnis di pasar. Jika ini terjadi, perusahaan tentu
akan mengalami kesulitan keuangan karena pendapatannya tidak cukup untuk
menutupi biaya operasinya. Langkah yang lazim ditempuh dalam hal ini adalah
mengurangi kegiatan operasi. Persoalan-persoalan demikian erat kaitannya dengan
restrukturisasi dan reorganisasi.
Restrukturisasi adalah aktivitas mengubah struktur perusahaan, bisa membesar
atau semakin ramping. Restrukturisasi
yang menambah besar struktur perusahaannya bisa dilakukan dengan merger atau akuisisi.
Misalnya, perusahaan melakukan integrasi
vertikal untuk mengamankan sumber bahan baku (seperti yang dilakukan
Indofood ketika mengambil alih Bogasari), atau mengamankan distribusi hasil
produksinya (seperti Indomaret dengan Indomarco-nya). Sedangkan restrukturisasi untuk perampingan usaha dilakukan dengan
cara menjual unit-unit kegiatan yang dipandang kurang menguntungkan (sell-off ) atau pemisahan
unit-unit kegiatan dari kegiatan korporasi (spin-off) sehingga unit kegiatan akan berdiri sebagai sebuah
perusahaan terpisah.
Sedangkan
istilah reorganisasi berkaitan
dengan aktivitas yang dilakukan oleh perusahaan agar mampu bertahan dan/atau
mengurangi skala usaha agar terbebas dari kesulitan keuangan ketika situasi
ekonomi tidak menguntungkan. Asumsi dasar perusahaan melakukan reorganisasi adalah perusahaan masih
mempunyai kemampuan operasional yang cukup baik dalam situasi ekonomi tidak
bagus. Hal ini umumnya ditekankan pada efisiensi biaya (khususnya biaya tetap) dalam
struktur biaya perusahaan. Penekanan pada efisiensi biaya tetap ini dalam
istilah reorganisasi disebut
sebagai reorganisasi finansial.
Reorganisasi finansial sering
dibarengi dengan upaya konsolidasi,
yaitu membuat perusahaan menjadi lebih “ramping” secara operasional. Reorganisasi dan konsolidasi dilakukan dengan cara:
a.
Melakukan penghematan biaya, artinya
pengeluaran-pengeluaran yang tidak penting, ditunda atau dibatalkan.
b.
Menjual aktiva yang tidak diperlukan.
c.
Divisi (unit bisnis) yang tidak menguntungkan dihilangkan
atau digabung.
d.
Menunda rencana ekspansi hingga situasi dinilai lebih
menguntungkan.
e.
Memanfaatkan kas yang ada, tidak menambah utang, dan
menjaga likuiditas. Dalam jangka pendek mungkin sekali profitabilitas
dikorbankan (
profitabilitas terpaksa negatif ).
Bank CIMB (Commerce International Merchant Bankers Berhad)
Niaga didirikan pada 26
September 1955 dengan nama
Bank Niaga. Pada
awalnya fokus utama bank ini adalah membangun nilai-nilai inti dan
profesionalisme perbankan sehingga Bank
Niaga dikenal luas
sebagai penyedia produk
dan layanan berkualitas yang
terpercaya. Pada tahun 1987, Bank Niaga membedakan diri dari para pesaingnya di
pasar domestik dengan menjadi bank
pertama yang menawarkan kepada nasabahnya layanan
perbankan melalui mesin
ATM. Pencapaian ini dikenal luas sebagai masuknya Indonesia ke dunia
perbankan modern. Kepemimpinan Bank Niaga dalam
penerapan teknologi terkini semakin
dikenal di tahun 1991
dengan menjadi yang
pertama memberikan nasabahnya
layanan perbankan online.
Bank Niaga menjadi
perusahaan terbuka di
Bursa Efek Jakarta
dan Bursa Efek Surabaya
(kini Bursa Efek
Indonesia/BEI) pada tahun
1989. Keputusan untuk menjadi perusahaan terbuka merupakan tonggak
bersejarah bagi Bank dengan meningkatkan akses pendanaan yang lebih luas. Langkah ini menjadi
katalis bagi pengembangan
jaringan Bank di
seluruh pelosok negeri. Pemerintah Republik
Indonesia selama beberapa
waktu pernah menjadi pemegang saham
mayoritas Bank CIMB Niaga saat terjadinya krisis keuangan pada akhir
1990-an.
Pada November 2002,
Commerce Asset-Holding
Berhad (CAHB), kini
dikenal luas sebagai
CIMB Group Holdings Berhad
(CIMB Group Holdings),
mengakuisisi saham mayoritas Bank Niaga
dari Badan Penyehatan
Perbankan Nasional (BPPN).
Pada Agustus 2007 seluruh kepemilikan saham berpindah tangan ke CIMB
Group sebagai bagian dari
reorganisasi internal untuk
mengonsolidasi lan aktivotas seluruh anak perusahaan CIMB Group dengan
platform universal banking.
Dalam transaksi terpisah,
Khazanah yang merupakan
pemilik saham mayoritas CIMB
Group Holdings mengakuisisi
kepemilikan mayoritas LippoBank
pada tanggal 30 September 2005. Seluruh kepemilikan saham ini berpindah tangan
menjadi milik CIMB Group pada tanggal 28 Oktober 2008 sebagai bagian dari
reorganisasi internal yang sama.Sebagai
pemilik saham pengendali
dari Bank Niaga
(melalui CIMB Group) dan
LippoBank, sejak tahun
2007 Khazanah memandang penggabungan (merger) sebagai suatu
upaya yang harus ditempuh agar dapat mematuhi kebijakan Single Presence Policy (SPP)
yang telah ditetapkan oleh Bank
Indonesia. Penggabungan ini merupakan
merger pertama di Indonesia
terkait dengan kebijakan
SPP. Pada Mei
2008 nama Bank
Niaga diubah menjadi Bank CIMB
Niaga. Kesepakatan Rencana
Penggabungan Bank CIMB Niaga
dan LippoBank telah
ditandatangani pada bulan
Juni 2008 yang dilanjutkan
dengan Permohonan Persetujuan
Rencana Penggabungan dari Bank
Indonesia dan penerbitan
Pemberitahuan Surat Persetujuan
Penggabungan oleh Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia pada Oktober 2008.
LippoBank secara resmi
bergabung ke dalam
Bank CIMB Niaga pada tanggal 1 November 2008 (Legal Day 1 atau LD1) yang
diikuti dengan pengenalan logo baru kepada masyarakat luas.
Saat ini Bank CIMB Niaga merupakan bank
ke-7 terbesar di
Indonesia berdasarkan aset
serta ke-2 terbesar di segmen
Kredit Kepemilikan Rumah dengan pangsa pasar sekitar 9-10%. Bumiputra-Commerce Holdings
Berhad (BCHB) memegang kepemilikan mayoritas sejak 25
November 2002, kemudian dialihkan kepada CIMB Group, anak perusahaan yang
dimiliki sepenuhnya oleh BCHB, pada 16 Agustus 2007. Sebagai salah satu bank
paling inovatif di Indonesia, Bank Niaga
memperkenalkan layanan ATM
pada tahun 1987
dan menerapkan sistem perbankan
on-line pada tahun
1991. Dengan lebih
dari 6.000 karyawan, Bank
Niaga menawarkan rangkaian
lengkap produk dan
jasa perbankan, baik konvensional maupun Syariah melalui 256 kantor cabang di 48 kota
di Indonesia. Bank
Niaga memiliki reputasi
yang sangat baik
di bidang pelayanan nasabah dan tata kelola perusahaan, serta telah
melahirkan banyak bankir andal di Indonesia.
Melalui jaringan kantor
cabang dan ATM
yang luas serta keberagaman jalur
distribusi perbankan elektronik,
Bank Niaga menghadirkan layanan
perbankan yang dikemas
sesuai selera nasabahnya. Diantara berbagai
penghargaan pernah diterima
diantaranya peringkat
pertama untuk Performance
Management and Training
and Development pada ajang
HR Excellence Award
2007, dinobatkan sebagai
Bank Terbaik oleh Majalah
Investor, serta predikat
‘The Most Consistent
Bank in Service Excellence’ oleh
Marketing Research Indonesia
pada tahun 2006.
Selama lima tahun berturut-turut antara
2003-2007, Bank Niaga
memperoleh penghargaan
Laporan Tahunan Terbaik
untuk kategori perusahaan
swasta sektor publik keuangan dalam Annual Report Award.
Sedangkan sejarah Grup Lippo diawali
ketika Mochtar Riady (Lie Mo Tie)
membeli sebagian saham
di Bank Perniagaan Indonesia
milik Haji Hasyim Ning pada1981. Waktu
dibeli, aset bank
milik keluarga Hasyim telah
merosot menjadi hanya
sekitar Rp 16,3
miliar. Mochtar sendiri pada
waktu itu tengah
menduduki posisi penting
di Bank Central Asia, bank
yang didirikan oleh
keluarga Liem Sioe Liong.
Mochtar Riady bergabung dengan BCA pada 1975 setelah meninggalkan Bank
Panin. Di BCA, Mochtar mendapatkan share
sebesar 17,5 persen saham dan menjadi
orang kepercayaan Liem
Sioe Liong. Aset
BCA ketika Mochtar Riady bergabung hanya Rp 12,8 miliar.
Mochtar baru keluar dari BCA pada akhir 1990 dan ketika itu aset bank tersebut
sudah di atas Rp5 triliun.
Dua tahun kemudian,
pada 1989, bank ini
melakukan merger dengan Bank Umum
Asia dan sejak itu lahirlah Lippobank. Bergabungnya LippoBank
ke dalam Bank
CIMB Niaga merupakan sebuah lompatan
besar di sektor
perbankan Asia Tenggara.
Bank CIMB Niaga kini menawarkan
nasabahnya layanan perbankan yang komprehensif di Indonesia dengan
menggabungkan kekuatan di bidang perbankan
ritel, UKM dan korporat dan juga layanan transaksi pembayaran.
Penggabungan ini menjadikan
Bank CIMB Niaga
menjadi bank terbesar ke-5
dari segi aset, pendanaan,
kredit dan luasnya
jaringan cabang. Dengan komitmennya
pada integritas, ketekunan
untuk menempatkan perhatian utama
kepada nasabah dan
semangat untuk terus
unggul, Bank CIMB Niaga akan
terus memanfaatkan seluruh daya yang dimilikinya untuk menciptakan sinergi
dari penggabungan ini.
Keseluruhannya merupakan
nilai-nilai inti Bank
CIMB Niaga dan
merupakan kewajiban yang
harus dipenuhi bagi masa depan yang sangat menjanjikan.
Bacaan
Brigham, Eugene F. dan Philip R. Daves, Intermediate
Financial Management, International Student Edition, 8th edition, Thomson,
South Western 2004.
Borsuk, Richard dan Nancy Chng, Liem
Sioe Liong’s Salim Group, ISEAS, Singapore, 2014.
www.cimbniaga.com
No comments:
Post a Comment