Pages

Wednesday, February 17, 2016

Rumi Yang Disalahpahami



Rumi adalah orang yang paling sering disalahpahami di dunia ini. Karya puisi cinta ilahiah ahli fikih madzhab Hanafi itu lebih sering dipahami sebagai puisi cinta romantis sepasang kekasih yang sedang dimabuk asmara. Begitu kata orang tentang Jalaluddin Rumi, mistikus besar yang makamnya di Konya (Turki) masih ramai diziarahi orang.
Bahwa karya-karya Rumi sering disalahpahami, saya lumayan tahu karena beberapa kali menerjemahkan buku-buku sufisme yang di dalamnya terdapat bahasan tentang Jalaluddin Rumi maupun puisi-puisi terpilihnya. Dalam buku Syaikh Robert Frager, kalau tidak salah, dikatakan bahwa kumpulan puisi Rumi menduduki singgasana best seller di Amerika Serikat. Dalam tulisan lain bahkan disebutkan betapa Madonna Louise Ciccone penyanyi pop terkenal itu adalah penggemar berat puisi-puisi Rumi. Tetapi bahwa Rumi adalah ahli fikih madzhab Hanafi ya saya baru tahu dari keluhan orang di atas. Dari sisi ini, Rumi memang banyak disalahmengerti, atau setidak-tidaknya orang tak tahu banyak tentang dirinya selain puisi-puisi cintanya.
Bagaimanapun juga, kesalahpahaman orang banyak itu sungguh bisa dimengerti. Ketika menerjemahkan Essential Sufism, Perfume of The Dessert, dan The Heritage of Sufism sejujurnya saya bingung juga kalau puisi-puisi cinta semacam itu disebut sebagai bentuk pemujaan kepada Tuhan, yang sering disebut the Beloved dalam bahasa Inggris. 
rumi puisi sufi
James Fadiman &Robert Frager's Essential Sufism

puisi cinta rumi
Andrew Harvey & Eryk Hanut: Perfume of The Dessert

Sekadar contoh saya terjemahkan sebuah puisi dari buku Song of Bird karya Anthony de Mello S.J.:

Sang pencinta mengetuk pintu rumah kekasihnya.
“Siapa?” tanya sang kekasih dari dalam.
“Aku,” jawab sang pencinta.
“Pergilah. Rumah ini tidak akan muat untuk kamu dan aku.”
Sang pencinta berlalu dan bertahun-tahun merenungkan kata-kata sang kekasih.
Lalu dia kembali dan mengetuk pintu lagi.
“Siapa?”
“Kamu.”
Pintu pun dibuka seketika.

Jika dalam teks Inggris-nya tidak dibuka dengan “A tale from Attar of Neishapur” kata Beloved yang ditulis dengan “B” kapital dalam puisi yang, dalam kadar kurang nyastra, tak beda dengan Kau dan Aku Satu Obbie Messakh itu malah akan menimbulkan kesan: segitunya mengagungkan cinta hingga kekasih saja harus ditulis Kekasih. Mana ada huruf besar dan kecil dalam aksara Arab?
Maka tak mengherankan jika lagu Satu yang dibawakan Once Elfonda Mekel itu begitu digandrungi sebagai lagu cinta antara sepasang kekasih yang meleburkan cinta mereka yang suci murni menjadi satu dengan menertawakan Bertrand Russel yang bersusah payah membuktikan bahwa 1 + 1 = 2. Satu dua orang saja yang saya ketahui mafhum bahwa lagu, yang musiknya memang bagus itu, adalah ungkapan kerinduan Wihdatul Wujud.
Membaca kisah cinta Sohni dan Madzumalati yang populer di anak benua itu saya bisa paham mengapa para ulama Pakistan menganggap kisah puitis itu tak lebih dari roman birahi. Baru kemudian saya berusaha memahami pembelaan Annemarie Schimmel bahwa itu sebetulnya adalah ungkapan kerinduan para sufi terhadap penyatuan diri dengan Tuhan.
Mengenai puisi-puisi Rumi, sebetulnya saya sering bingung ketika membaca puja-pujinya untuk Syams Tabrizi, puisi-puisi kerinduan mendalamnya pada gurunya itu ... Jangan-jangan, meski betul tak banyak yang tahu bahwa Rumi adalah fakih madzhab Hanafi, sebetulnya dia tidak sepenuhnya disalahpahami. Mungkin ini soal pemahaman saja, atau pilihan di antara sekian banyak pemahaman yang tak ada hubungannya dengan dangkal dan dalam sedalam samudranya pemahaman seseorang.

Sumber gambar:

No comments:

Post a Comment