Pages

Monday, February 8, 2016

Hierarki Maslow dan Sistem Pemeringkatan Kompensasi



Piramida Kebutuhan Maslow

Tujuan perusahaan menekankan pentingnya kualitas sumber daya manusia adalah menerapkan standardisasi agar sumber daya manusia yang diperoleh bisa benar-benar bekerja sesuai harapan perusahaan.  Sementara itu tujuan sebagian besar karyawan dalam bekerja bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan fisik dan biologis, melainkan juga kebutuhan psikologis maupun sosial yang pemenuhannya bisa memacu semangat kerja karyawan.
Manusia didorong untuk memenuhi kebutuhan yang paling kuat sesuai waktu, keadaan, dan pengalaman yang bersangkutan menurut suatu hierarki. (Stoner, James dan Gilbert, 2003: 139). Menurut Abraham Maslow ada lima tingkatan dalam hierarki kebutuhan:
1.   Kebutuhan mempertahankan hidup (fisiologis). Inilah kebutuhan yang mendorong setiap orang untuk melakukan pekerjaan apa saja demi mendapatkan imbalan, baik berupa uang maupun barang, untuk memenuhi kebutuhan hidupnya.
2.   Kebutuhan akan rasa aman. Setelah kebutuhan pokok terpenuhi, timbul keperluan untuk memenuhi keamanan/perlindungan. Kebutuhan akan keselamatan jasmani dan rohani ini didambakan semua orang.
3.   Kebutuhan sosial. Setiap orang senantiasa memerlukan pergaulan dengan orang lain. Sepanjang hidupnya manusia tidak akan bisa lepas dari bantuan pihak lain.
4.   Kebutuhan penghargaan. Setiap orang membutuhkan pengakuan atas status dan prestasi yang dicapai. Semua orang berusaha melakukan pekerjaan yang memungkinkan dia mendapat penghormatan atau penghargaan masyarakat.
5.   Kebutuhan aktualisasi diri. Kebutuhan untuk mewujudkan cita-cita diri ini merupakan kebutuhan puncak di mana orang ingin mempertahankan prestasinya secara optimal. (Stoner dan Gilbert, 2003: 140).

Teori Maslow mengasumsikan bahwa orang berusaha memuaskan kebutuhan mendasar (kebutuhan fisiologis) sebelum bergerak ke arah pemuasan kebutuhan yang lebih tinggi. Jika suatu tingkat kebutuhan sudah terpenuhi, hal itu akan berhenti memberikan motivasi. Orang mempunyai kebutuhan untuk tumbuh dan berkembang, sehingga dia akan terus berusaha bergerak meniti tingkatan-tingkatan hierarki untuk memenuhi kepuasannya. Kebutuhan yang lebih tinggi tidak akan memicu seseorang jika kebutuhan yang sedang dominan tidak terpenuhi. Jika kebutuhan yang sedang mendominasi ini tak terpenuhi, yang muncul adalah frustrasi, stres, dan konflik. Ketika kebutuhan dominan ini terpenuhi, barulah orang bisa naik dalam hierarki kebutuhan yang lebih tinggi.
Dalam dunia pekerjaan atau organisasi, aspek motivasi menurut pemeringkatan kebutuhan Abraham Maslow ini perlu mendapatkan perhatian mengingat masing-masing individu dalam organisasi memiliki karakteristik khas yang menyebabkan teknik motivasi untuk tiap-tiap individu juga berlainan. Teknik motivasi yang berbeda-beda ini tampak pada penghargaan kepada individu-individu (karyawan) berupa pemberian kompensasi yang berlainan pula.
Dalam pemberian kompensasi terhadap berbagai macam variasi tergantung pada kinerja individual dan organisasional misalnya berupa gaji insentif yang meliputi bonus, komisi, pembagian laba, atau opsi saham. Pemberian kompensasi insentif ini tentunya harus didasarkan pada konsep ekuitas yang terbagi menjadi ekuitas internal, eksternal, dan individual.
Persepsi tentang ekuitas ini berdampak langsung pada motivasi, komitmen, dan kinerja dalam pelaksanaan kerja. Perlu digarisbawahi bahwa penilaian karyawan terhadap ekuitas, pada dasarnya, adalah persepsi. (Jeffrey A. Mello, 2006: 495)
Kebutuhan karyawan di tingkat bawah tentu saja berbeda dengan kebutuhan para manajer, dan perbedaan inilah yang menjadikan berbedanya kompensasi sesuai dengan teori hiererki kebutuhan Maslow.

Bacaan
Mello A., Jeffrey, Strategic Human Resources Management, Second Edition, Thomson, South-Western.
Stoner, James dan Gilbert, Manajemen, PT Indeks Gramedia Group, Jakarta, 2003.


No comments:

Post a Comment