Pages

Sunday, February 14, 2016

Logika Lagu



Ada saja orang yang mencermati hal-hal kecil yang luput dari pengamatan kebanyakan orang. Walaupun hal kecil-kecil itu hampir semua orang yang mengenyam pendidikan taman kanak-kanak mengetahuinya, tak banyak yang mempunyai pengamatan tajam seperti orang yang mengatakan, “Pantaslah bangsa kita tidak bisa menggunakan logika dengan benar, wong sejak kecil sudah dibiasakan tidak logis dengan syair lagu ‘ ....di langit bulan benderang, cahyanya sampai ke bintang’. Bukannya bulan tidak punya cahaya sendiri? Cahaya bulan yang kita lihat tak lain adalah pantulan sinar matahari.”
Di langit bulan benderang, cahyanya sampai ke bintang
Moon over monastery in montains ~ Nicholas Roerich

Termasuk orang kebanyakan tak cermat itu, saya tertegun mendengar komentar tersebut dan membenarkannya. Tidak itu saja, coba perhatikan syair lagu “Bulan, bulan di langit. Mengapa kau sendiri? Mari turun ke bumi bermain bersama kami.” Pengarang lagunya apa tidak tahu ukuran bulan? Kalau turun ke bumi bisa runyam kita. Dihantam meteor yang tak seberapa besar saja habitat suatu daerah bisa lenyap dan daerah itu berubah menjadi kawah. Ngomong-ngomong, mengapa bumi sering ditulis dengan huruf awal “b” kecil ya? Padahal pangkatnya di tata surya tak lebih rendah dari Merkurius, Venus, Mars, meski lebih imut dibanding Yupiter.
Meski ada yang bilang bahwa tak logis memang lagu anak-anak kita tetapi imajinatif, saya tetap condong pada pandangan yang menekankan syair tak logis dalam lagu anak-anak kita. Pandangan ini memunculkan banyak lagu dewasa yang berbaris di benak saya dengan ketidaklogisan mereka.
Mula-mula muncul lagu Koes Plus yang berjudul Keembali Ke Jakarta. Syair lagu ini bukan tak logis lagi, tetapi hampir tak ada artinya hanya karena mengejar akhiran berima u:
Di sana rumahku
Dalam kabut biru
Hatiku sedih di hari Minggu
Di sana kasihku
Berdiri menunggu
Di batas waktu
Yang telah tertentu ...

Selepas reff, bukannya jelas apa yang mau disampaikan penulis lagu, semakin tidak ketahuan apa sebetulnya hubungan antara hidup sendiri teman menjauhi dan tiada dikenal lagi dengan kabut biru. Bahwa lagu ini bagus dan menjadi kenangan banyak orang, mungkin saja demikian, tetapi sampai hari ini ya begitulah bagi saya, cuma mengejar bunyi akhir u.
Lagu Koes Plus berbahasa Inggris Why Do You Love Me lebih membingungkan lagi. Masa ya ada dicinta dengan begitu tulus dan lembut masih tanya mengapa? Nggak tahu diri bener.
Penggalan syair lain yang membikin saya tak kunjung mengerti apa maksudnya adalah ini:
“Aku gagal kali ini, tanpa tangis dan duka
hanya titik air mata dan senyum kehancuran”

Lha titik air mata itu memangnya tanda amarah? Senyum kehancuran itu disungging oleh sang juara yang sedang menerima piala?
Satu lagu yang puluhan tahun setelah saya sering mendengarnya baru paham maksudnya adalah Gelas-gelas Kaca. Dari dulu lagu itu hanya mengingatkan saya betapa Nia Daniati selalu duduk ketika membawakan lagu itu dalam Aneka Ria Safari. Setelah di twitter saya bilang, sehabis naik bus Safari Dharma Raya dan diguyur lagu-lagu 80-an melalui tayangan video, sebetulnya apa maksud lagu Gelas-gelas Kaca? Dan mengapa lagu-lagu ciptaan Rinto Harahap sering ada kata-kata semacam itu seperti “masih ada di sana, segelas anggur merah, ia kan bercerita tentang dunia ...”? Akun @inasima menjawab pendek: Drown your sorrow. Idiom ini maksudnya “minum minuman beralkohol banyak-banyak untuk mengilangkan rasa sedih Anda.” Jadi, hampir dua puluh lima tahun saya tak tahu bahwa di balik syair-syair yang menjadi ruwet kalau coba dipahami maksudnya itu cuma: maboks.
Bagaimanapun juga, sudah benar lagu-lagu itu tidak usah pakai logika. Karena tidak pernah ada orang belajar logika melalui lagu, umumnya orang berlajar logika kalau tidak kuliah filsafat ya baca buku-buku logika yang bertebaran di toko buku. Tentu saja filsafat itu akarnya di Barat. Ada baiknya menilik bagaimana logisnya lagu Barat.

"Bicycle Race"
Bicycle bicycle bicycle
I want to ride my bicycle bicycle bicycle
I want to ride my bicycle
I want to ride my bike
I want to ride my bicycle
I want to ride it where I like

You say black I say white
You say bark I say bite
You say shark I say hey man
Jaws was never my scene
And I don't like Star Wars

You say Rolls I say Royce
You say God give me a choice
You say Lord I say Christ
I don't believe in Peter Pan
Frankenstein or Superman
All I wanna do is

Bicycle bicycle bicycle
I want to ride my bicycle bicycle bicycle
I want to ride my bicycle
I want to ride my bike
I want to ride my bicycle
I want to ride my

Bicycle races are coming your way
So forget all your duties oh yeah!
Fat bottomed girls they'll be riding today
So look out for those beauties oh yeah

On your marks get set go

Bicycle race bicycle race bicycle race
Bicycle bicycle bicycle
I want to ride my bicycle bicycle bicycle bicycle
(I want a)
Bicycle race

You say coke I say caine
You say John I say Wayne
Hot dog I say cool it man
I don't wanna be the President of America

You say smile I say cheese
Cartier I say please
Income tax I say Jesus
I don't wanna be a candidate
For Vietnam or Watergate
'Cause all I want to do is

Bicycle bicycle bicycle
I want to ride my bicycle, bicycle (c'mon), bicycle
I want to ride my bicycle
I want to ride my bike
I want to ride my bicycle
I want to ride it where I like

Dari zaman saya membaca terjemahan syair lagu ini di majalah Aktuil, yang konon digarap Ariel Heryanto, sampai saya tidak lagi secara sengaja mendengarkan Queen, saya tak juga mengerti maksud lagu ini, apalagi menyimpulkan logis tidaknya. Paham juga tidak :D It’s a Hard Life itu? Belum lagi Bohemian Rhapsody. Mungkin lebih tepat lagu-lagu itu disebut abstrak kalau dalam dalam aliran lukisan. Ya tapi ini komentar tak objektif dari penggemar. Haha. Ajaibnya, hampir semua fans berat Queen yang saya kenal pinter-pinter orangnya. Mustahil punya pemikiran tak logis. Lebih dari itu, Queen sering disebut sebagai band sekolahan, kelompok band paling terpelajar di dunia. Betapa tidak, Freddie Mercury adalah sarjana grafis, Brian May menggondol ijazah doktor astrofisika, Roger Taylor mengantongi ijazah BSc biologi, John Deacon meraih penghargaan gelar kehormatan Kelas Satu elektronika dari Chelsea College, London.
Jadi ... bahwa banyak lagu tidak logis memang begitulah adanya, tetapi hubungan antara lagu yang tidak logis dan cara berpikir logis tampaknya tak ada. Lagu-lagu yang logis seperti I’ll Never Love This Way Again, Bright Eyes, Just When I Needed You Most, Perhaps Love dan yang gampang dicerna seperti Sad, All of Me, dan A Thousand Years juga tidak menjadikan pengemar fanatiknya berpikiran logis atau ber-IQ 139. 


Lirik Bicycle Race disalin dari:
Sumber gambar:


2 comments: