Pages

Thursday, November 26, 2015

Batam



Tak sampai sejam meninggalkan HarbourFront Centre Singapura kapal cepat Batam Fast sudah berpapasan dengan perahu motor kecil-kecil berbendera merah putih. Melewati sebuah kapal milik Basarnas Republik Indonesia yang sedang sandar, speedboat Batam Fast yang saya tumpangi mengurangi kecepatan untuk merapat di Pelabuhan Sekupang.
feri menyebrang dari Singapura ke Indonesia
Kapal Basarnas RI di Sekupang, Batam

Setelah menyelesaikan urusan keimigrasian masuk ke negeri sendiri, saya duduk termenung di emper Pelabuhan Sekupang yang bersih dan rapi. Hanya bermodal nama Kasmiran dan SDN 07 Sekupang saya sengaja tidak langsung pulang ke Yogyakarta demi menyambangi teman lama yang tinggal di Sekupang, Batam. Jauh-jauh hari saya sudah bertanya kepada beberapa teman di Tempurejo, Banyubiru, Widodaren, Ngawi apakah mereka punya nomor hp Kasmiran, teman kami itu. Tak ada yang punya. Teknologi telekomunikasi itu mendekatkan tampaknya memang hanya slogan. Yang sering saya jumpai, terkait kemajuan teknologi komunikasi, adalah paradoks modernitas: menjauhkan yang dekat, mendekatkan yang jauh, bahkan yang tidak kenal. Masjid di kompleks pelabuhan mengumandangkan adzan. Saya penuhi panggilan muadzin.
Usai salat saya keluar parkiran pelabuhan dan menghampiri beberapa tukang ojek yang mencari penumpang. Salah seorang di antara mereka bilang, “Enam puluh ribu.” Saya bilang jangan segitulah. Menurut orang Batam yang mengobrol dengan saya di HarbourFront Centre, dia naik feri tujuan Batam Center, jangan mau kalau di atas Rp20.000. Akhirnya ada yang mengatakan tiga puluh ribu karena harus nanya-nanya dulu di mana SDN 07 Sekupang itu. Lah, ajaib juga, masa ya nggak tahu? Dan memang dia tidak tahu. Perlu bertanya tiga empat kali dulu sebelum dia menurunkan saya di depan gedung sekolah sambil mengatakan, “Ini SDN 07 Sekupang, Bang.”
Karena gelap, papan nama sekolah tak tampak, setelah cukup dekat barulah terbaca tulisan SD Kasih Karunia. Dan tukang ojek itu sudah ditelan malam. Di depan sekolah itu tampak sebuah rumah dengan pintu terbuka, saya permisi mau tanya kepada penghuninya. Kepada seorang bapak yang keluar saya tanya di mana SDN 07 Sekupang. Katanya, “Di belakang SD Kasih Karunia itu SDN 06 Sekupang, sedangkan SDN 07 jauh di Tiban Indah sana, sini Tiban Koperasi.” Saya minta izin kepada bapak itu untuk beristirahat sebentar. Bapak itu mempersilakan saya duduk di teras dan dia masuk rumah, keluar membawa sebotol air dingin. Alhamdulillah. Kami sedang berbincang-bincang ketika bapak itu berbicara dalam bahasa Jawa kepada anaknya yang baru masuk teras rumah. Dan kami melanjutkan pembicaraan dalam bahasa Jawa. Namanya Pak Samudi, asli Cirebon. Dia tukang ojek.
Ketika hendak berlalu setelah mengembalikan sebagian uang karena tidak mau menerima semua ongkos dari saya, Pak Samudi berkata bahwa jika tidak bertemu teman saya sebaiknya saya minta izin saja untuk tidur di musala SDN 07 Sekupang. Pak Samudi benar, ternyata teman saya sudah lama tidak mengajar di sekolah dasar itu. Ya mungkin saja daftar dalam format pdf Kementerian Agama yang saya simpan dari internet itu data tahun entah. Haha.
Kepada jama’ah salat Isya yang terakhir keluar musala saya tanyakan tentang teman saya itu. Siapa tahu dia kenal. Dan dia memang kenal. Pak Haji Sora lalu menyuruh putranya mengantar saya ke Masjid Muhajirin di Perumahan Tiban Indah Lestari. Singkat kata, dengan modal nama dan SD dari hasil googling, saya bertemu teman yang sudah puluhan tahun tidak saya jumpai. Saya berencana tinggal di rumahnya hingga kapal tujuan Jakarta berangkat.
perjalanan Batam - Yogyakarta
Perahu motor di Barelang yang agak berkabut asap

Soal kapal ini komentar Pak Smith sungguh benar, jadwal di internet hanya ada per bulan keberangkatan. Ada juga blog yang kopas jadwal bulan sebelumnya. Menyedihkan sebagai bangsa yang membanggakan diri sebagai anak cucu pelaut. Dari Pak Hari, warga Sekupang sahabat teman saya, barulah saya tahu bahwa kapal tujuan Jakarta berangkat tiap hari Rabu dan Sabtu dari Batam.
Sewaktu mengambil uang di ATM BCA Tiban Indah Lestari untuk membeli tiket kapal, ATM saya tertelan mesin. Sama sekali di luar dugaan. Prosedurnya sudah benar. Tetapi ketika menunggu uang keluar dari mesin, waktu yang dibutuhkan cukup lama hingga di layar muncul tulisan: “Waktu sudah habis, transaksi Anda dibatalkan, kartu ATM Anda ditahan” (kurang lebih begitu, saya lupa kalimat persisnya). Lemas betul saya, mana uang tunai tinggal Rp150.000-an. Untunglah akun twitter @halobca responsif, saya cukup terbantu dengan pelayanan customer service. Hanya saja kartu ATM baru bisa diproses hari Senin, kartu saya tertelan hari Sabtu. Ya sudah, apa lagi yang bisa dilakukan selain menunggu?
Celakanya, malamnya ada telepon bahwa hari Minggu malam saya sudah harus di Yogyakarta karena suatu pekerjaan. Dengan uang segitu, belum lagi harus bayar laundry yang selesai besok, bagaimana cara sampai ke Yogyakarta pada waktunya? Akhirnya saya menelepon teman saya pemilik Biro Perjalanan PT Mitra Persada Travelindo. Saya minta ditalangi dulu tiket Batam – Yogyakarta untuk hari Minggu, nanti saya ganti sesudah urusan ATM kelar. Tiket pesawat beres dalam sekejap.
dari Batam ke Yogyakarta
Mata uang yang berlaku di mana-mana: kejujuran

Hari Minggu usai salat dzuhur saya mengambil cucian di binatu. Selesai seperti yang dijanjikan plus mendapat kegembiraan menemukan orang jujur di zaman serba susah ini. Di saku celana panjang saya ternyata masih ada uang 11 USD. Tulisan ini saya buat sebagai penghargaan kepada pekerja binatu di sebelah timur Masjid Al Muhajirin Tiban Indah Permai yang jujur itu dan petugas CS BCA yang penuh dedikasi. Sebab, pengalaman saya di Batam ini secara umum tak layak tulis sebetulnya haha. Cuma kunjungan kepada seorang teman yang sudah puluhan tahun tidak bertemu. Meski tak sepenuhnya tanpa makna. Perjumpaan sekilas dengan seorang bapak tua energik dari Pantai Kampung Melayu yang singgah salat di masjid ujung Jembatan Barelang menyadarkan saya akan satu hal: rupanya kita sudah jarang mengucap salam dan menanyakan kabar sesama pejalan yang tidak kita kenal.
Dan rencana perjalanan dengan kapal itu gagal.

dari Batam ke Yogyakarta
Jl Mangkubumi, Tugu, Jl. AM Sangaji, Monjali. Pulang :D

No comments:

Post a Comment