Pages

Wednesday, November 25, 2015

Pertarungan Ideologi II



Pertarungan Ideologi (I)

Apa yang disebut sejarah Barat “penemuan-penemuan besar” memasuki pertemuan dinamika ganda ini: pada tahun 1487 Bartholumeus Diáz mengitari Tanjung Harapan; pada tahun 1492 Christoper Columbus menemukan Amerika; pada 1498 Vasco da Gama, setelah mengitari Afrika, tiba di India. Perburuan besar mencari kekayaan—perdagangan dan penggarongan –dimulai.
[...]
Menyusul kembalinya Columbus dengan laporan tentang Dunia Baru, Dewan Castile menetapkan untuk memiliki sebuah negeri yang penduduknya tidak mampu membela diri. “Tujuan religius untuk mengkristenkan mereka membenarkan ketidakadilan proyek ini. Tetapi harapan untuk menemukan harta karun emas di sana, adalah satu-satunya motif yang mendorong mereka melakukan itu ... Semua usaha lain orang Spanyol di dunia baru itu, menyusul usaha-usaha Columbus, nampaknya didorong oleh motif yang sama. Itulah kehausan keramat akan emas ...” Hernán Cortéz, penakluk Meksiko, mengakui: “Kami bangsa Spanyol menderita penyakit jantung yang hanya bisa disembuhkan dengan emas .”
Pada tahun 1503 pengapalan pertama logam mulia tiba dari Antilles; pada tahun 1519 penjarahan harta bangsa Aztec di Meksiko dimulai; pada tahun 1534 giliran bangsa Inca di Peru digarong. Di Peru,
para conquistadores menggasak 1.300.000 ons emas sekali angkut. Mereka menemukan empat patung besar llama dan selusin patung wanita terbuat dari emas murni. Raja menawarkan tebusan seruangan penuh emas: di taman, rumah dan kuil mereka, rakyatnya punya pohon, bunga, burung dan hewan dari emas, perkakas dapur mereka terbuat dari emas; lempengan perak sepanjang dua puluh kaki lebar dua kaki setebal dua jari dijadikan meja.4

Dalam periodisasi teori ekonomi politik masa yang merentang dari abad keenam belas hingga sembilan belas ini disebut era pemikiran merkantilis.
Merkantilisme, menurut Jacob Viner, adalah sebuah doktrin regulasi negara yang ekstensif terhadap aktivitas ekonomi demi kepentingan perekonomian nasional. Secara lebih tegas Eli Heckscher mengatakan bahwa merkantilisme menundukkan semua aktivitas ekonomi pada kepentingan negara atas kekuasaan. Bertumpu pada realisme politik Thucydides, Machiavelli, dan Hobbes, kaum merkantilis berpendapat bahwa jika otoritas formal tidak mengekang pemenuhan kepentingan-diri, tampaknya hasil yang akan muncul adalah “keadaan alami” yang brutal. Oleh karena itulah para pemikir merkantilis meyakini pentingnya otoritas publik menerjemahkan kepentingan-kepentingan individual ke dalam kebaikan universal. Analisis mereka lebih terfokus pada kolektivitas daripada individu; memaksimalkan kekuasaan negara dan kemakmuran adalah sarana terbaik memastikan kesejahteraan publik. Yang menjadi raison d’etat adalah prinsip ekonomi sentral, dan kepentingan negara adalah yang menentukan perekonomian dalam teori merkantilis.
Bagi kaum merkantilis generasi awal, kekayaan melekat dalam jumlah absolut emas atau perak yang disimpan dalam perbendaharaan publik. Karena kedua logam itu merupakan aset nyata kekuasaan negara, pemerintah campur tangan dalam perekonomian dalam negeri maupun internasional untuk memaksimalkan kepemilikan koin-koin tersebut. Di dalam negeri, intervensi besar-besaran dilakukan dalam bentuk konsolidasi perekonomian nasional dan penghimpunan pendapatan yang lebih efektif. Pada tataran internasional intervensi dilakukan dalam bentuk proteksinonisme, kontribusi berumur panjang merkantilisme bagi kamus ekonomi politik internasional. Kondisi neraca perdagangan dianggap sebagai unsur sentral perimbangan kekuasaan internasional. Sebuah negara harus menjaga neraca surplus perdagangan, mempertahankan arus masuk koin emas dan perak, guna mendukung posisinya dalam sistem internasional negara-negara dengan kepentingan masing-masing. Sejauh kaum merkantilis memandang pertarungan ekonomi-politik dunia ini sebagai zero-sum game, segala daya harus dikerahkan untuk melindungi perekonomian nasional.5
Di Spanyol, sejak awal abad keenam belas, ekspor emas dan perak diancam dengan hukuman mati; di Perancis mengekspor uang koin dilarang pada tahun 1506, dilarang lagi tahun 1540, 1548 dan 1574; di Inggris, dua usaha, pada tahun 1546 dan 1576, untuk menempatkan peredaran uang, bahkan perdagangan surat utang, di bawah badan-badan pemerintah menemui kegagalan.
Lalu, menjelang pertengahan abad, banyak beredar tulisan-tulisan yang menyerukan dilakukannya tindakan-tindakan lain:
Dengan menghentikan impor barang buatan luar negeri, dan yang bisa dibuat di suatu negara; dengan membatasi ekspor bahan mentah berupa wool, kulit binatang, dan produk-produk lain; dengan mengontrol kota, para perajin yang sekarang tinggal di luar kota yang memproduksi barang-barang untuk ekspor; dengan menyelidiki barang-barang tersebut.

Jean Bodin mendukung kebijakan yang sama dalam Le Republic (1576), dia menyerukan dibangunnya banyak kilang dan larangan ekspor bahan mentah. Raja-raja Spanyol, Perancis, dan Inggris menempuh kebijakan dalam arah ini: membangun kilang; monopoli atau privilese diberikan bagi produk-produk baru; pelarangan, atau penetapan tarif bagi,  masuknya barang-barang luar negeri: pelarangan ekspor bahan mentah. Pembentukan  persatuan nasional menyaksikan permulaan sebuah pasar nasional.6
Pada penghujung “perjalanan panjang” beberapa abad menuju kapitalisme ini, modal, dipandang sebagai sebuah relasi sosial dominasi bagi penghisapan nilai lebih, belum muncul dalam bentuknya yang matang. Dan hanya dalam kaitannya dengan perkembangan selanjutnya yang lebih utuh kita bisa berbicara tentang “modal bunga” [capital usuraire], “modal komersial”, “kapitalisme pedagang”, bahkan “kapitalisme manufaktur”.
Dalam formasi sosial Eropa di mana kapitalisme berkembang, sarana utama untuk menghisap kerja-lebih masih bersifat “upeti”: berbagai macam rente muncul dalam aneka bentuk dialirkan dari para petani bagi kaum bangsawan, Gereja, dan kerabat istana.
Selain itu terdapat peningkatan aliran kemakmuran dari penjarahan harta kekayaan Amerika, pemerasan kerja-lebih dari perdagangan budak Afrika, pengembangan produksi tambang dan pertanian di Amerika yang bergantung pada kerja paksa atau perbudakan—eksploitasi brutal bangsa Afrika dan Amerika.7
Yang harus diingat dalam segala hal adalah pentingnya negara dalam kelahiran, awal mula, kapitalisme; ini juga terkait dengan karakter nasional pembentukan kapitalisme: tidak ada kapitalisme tanpa borjuasi, yang berkembang dalam bingkai negara-bangsa bersamaan dengan kebangkitan bangsa-bangsa. Dalam batas-batas ini tenaga kerja yang diperlukan bagi perkembangan kapitalisme diciptakan, dibentuk, dan diadaptasi dengan progresifnya. Akhirnya, demi kapitalisme yang mendominasi, demi borjuasi yang berjaya, cakrawala geografis aktivitas adalah seluruh dunia: adalah dalam skala dunia kapitalisme memperoleh tenaga kerja dan bahan mentah yang dibeli, dijual, dan dijarah.
Sejak dari mula, kapitalisme bersifat nasional dan global, kompetitif dan monopolistis, liberal dan terkait dengan negara. Selaku kekuatan transformatif, kapitalisme pada tahapan ini belum terlihat benar. Peradaban-peradaban Eurasia utama nyaris tidak terpengaruh oleh perubahan-perubahan yang melanda Eropa Barat. Namun jelas bahwa berbagai peradaban Amerika terdahulu dihajar habis-habisan oleh para penakluk yang menyeberangi Atlantik. Dan selama periode itu masyarakat Afrika dibelenggu oleh menghebatnya perdagangan budak. Meski begitu dalam perkembangan-perkembangan tersebut sukar membedakan kebangkitan semangat kapitalisme dari hasrat akan perolehan dan keuntungan, haus kekayaan, dan nafsu menaklukkan.
Di Eropa sendiri, yang merupakan faktor transformatif utama adalah negara. Persatuan nasional, standardisasi mata uang, koherensi yuridis, keperkasaan militer, dan permulaan sebuah perekonomian nasional; semuanya diciptakan dan dikembangkan oleh negara, atau negara berfungsi sebagai pengorganisasi utama. Kemajuan ilmiah dan teknis juga memegang peran di sini—dalam pelayaran dan persenjataan, dalam arah yang lebih progresif, dalam produksi manufaktur dan pertanian.
[...] selama periode itu kedua struktur yang mengorganisasi yang memberi koherensi bagi dunia modern—negara dan merkantilisme—mulai mewujud. Negara mengkonsolidasi dari sebagai kekuasaan dan penggerak proyek-proyek atas nama kepentingan suatu kelompok nasional. Merkantilisme, dan bangkitnya arti penting hubungan-hubungan berbasis uang, pada pergantian abad ketujuh belas oleh North dan Boisguilbert dengan cara masing-masing. Tetapi periode itu jugalah yang memproduksi Thomas More dan, kini, kita tidak bisa membaca peringatan serius More selain sebagai firasat: “Di mana uang menjadi ukuran segala sesuatu ... keadilan dan kemakmuran hampir mustahil ada.” 8

ekonomi politik internasional

No comments:

Post a Comment