Pertarungan Ideologi (I)
Apa yang disebut sejarah Barat “penemuan-penemuan besar” memasuki pertemuan
dinamika ganda ini: pada tahun 1487 Bartholumeus Diáz mengitari Tanjung
Harapan; pada tahun 1492 Christoper Columbus menemukan Amerika; pada 1498 Vasco
da Gama, setelah mengitari Afrika, tiba di India. Perburuan besar mencari
kekayaan—perdagangan dan penggarongan –dimulai.
[...]
Menyusul kembalinya Columbus dengan laporan tentang Dunia Baru, Dewan
Castile menetapkan untuk memiliki sebuah negeri yang penduduknya tidak mampu
membela diri. “Tujuan religius untuk mengkristenkan mereka membenarkan
ketidakadilan proyek ini. Tetapi harapan untuk menemukan harta karun emas di
sana, adalah satu-satunya motif yang mendorong mereka melakukan itu ... Semua
usaha lain orang Spanyol di dunia baru itu, menyusul usaha-usaha Columbus,
nampaknya didorong oleh motif yang sama. Itulah kehausan keramat akan emas ...”
Hernán Cortéz, penakluk Meksiko, mengakui: “Kami bangsa Spanyol menderita
penyakit jantung yang hanya bisa disembuhkan dengan emas .”
Pada tahun 1503 pengapalan pertama logam mulia tiba dari Antilles; pada
tahun 1519 penjarahan harta bangsa Aztec di Meksiko dimulai; pada tahun 1534
giliran bangsa Inca di Peru digarong. Di Peru,
para conquistadores menggasak 1.300.000 ons emas sekali angkut. Mereka
menemukan empat patung besar llama dan selusin patung wanita terbuat dari emas
murni. Raja menawarkan tebusan seruangan penuh emas: di taman, rumah dan kuil
mereka, rakyatnya punya pohon, bunga, burung dan hewan dari emas, perkakas
dapur mereka terbuat dari emas; lempengan perak sepanjang dua puluh kaki lebar
dua kaki setebal dua jari dijadikan meja.4
Dalam periodisasi teori ekonomi politik masa yang merentang dari abad
keenam belas hingga sembilan belas ini disebut era pemikiran merkantilis.
Merkantilisme, menurut Jacob Viner, adalah sebuah doktrin regulasi negara
yang ekstensif terhadap aktivitas ekonomi demi kepentingan perekonomian
nasional. Secara lebih tegas Eli Heckscher mengatakan bahwa merkantilisme
menundukkan semua aktivitas ekonomi pada kepentingan negara atas kekuasaan.
Bertumpu pada realisme politik Thucydides, Machiavelli, dan Hobbes, kaum
merkantilis berpendapat bahwa jika otoritas formal tidak mengekang pemenuhan
kepentingan-diri, tampaknya hasil yang akan muncul adalah “keadaan alami” yang
brutal. Oleh karena itulah para pemikir merkantilis meyakini pentingnya
otoritas publik menerjemahkan kepentingan-kepentingan individual ke dalam
kebaikan universal. Analisis mereka lebih terfokus pada kolektivitas daripada
individu; memaksimalkan kekuasaan negara
dan kemakmuran adalah sarana terbaik memastikan kesejahteraan publik. Yang menjadi raison d’etat adalah prinsip ekonomi
sentral, dan kepentingan negara adalah yang menentukan perekonomian dalam teori
merkantilis.
Bagi kaum merkantilis generasi awal, kekayaan melekat dalam jumlah absolut
emas atau perak yang disimpan dalam perbendaharaan publik. Karena kedua logam
itu merupakan aset nyata kekuasaan negara, pemerintah campur tangan dalam
perekonomian dalam negeri maupun internasional untuk memaksimalkan kepemilikan
koin-koin tersebut. Di dalam negeri, intervensi besar-besaran dilakukan dalam
bentuk konsolidasi perekonomian nasional dan penghimpunan pendapatan yang lebih
efektif. Pada tataran internasional intervensi dilakukan dalam bentuk proteksinonisme,
kontribusi berumur panjang merkantilisme bagi kamus ekonomi politik
internasional. Kondisi neraca perdagangan dianggap sebagai unsur sentral
perimbangan kekuasaan internasional. Sebuah negara harus menjaga neraca surplus
perdagangan, mempertahankan arus masuk koin emas dan perak, guna mendukung
posisinya dalam sistem internasional negara-negara dengan kepentingan
masing-masing. Sejauh kaum merkantilis memandang pertarungan ekonomi-politik
dunia ini sebagai zero-sum game,
segala daya harus dikerahkan untuk melindungi perekonomian nasional.5
Di Spanyol, sejak awal abad keenam belas, ekspor emas dan perak diancam
dengan hukuman mati; di Perancis mengekspor uang koin dilarang pada tahun 1506,
dilarang lagi tahun 1540, 1548 dan 1574; di Inggris, dua usaha, pada tahun 1546
dan 1576, untuk menempatkan peredaran uang, bahkan perdagangan surat utang, di
bawah badan-badan pemerintah menemui kegagalan.
Lalu, menjelang pertengahan abad, banyak beredar tulisan-tulisan yang
menyerukan dilakukannya tindakan-tindakan lain:
Dengan menghentikan impor barang buatan luar negeri, dan yang bisa dibuat
di suatu negara; dengan membatasi ekspor bahan mentah berupa wool, kulit
binatang, dan produk-produk lain; dengan mengontrol kota, para perajin yang
sekarang tinggal di luar kota yang memproduksi barang-barang untuk ekspor;
dengan menyelidiki barang-barang tersebut.
Jean Bodin mendukung kebijakan yang sama dalam Le Republic (1576), dia
menyerukan dibangunnya banyak kilang dan larangan ekspor bahan mentah.
Raja-raja Spanyol, Perancis, dan Inggris menempuh kebijakan dalam arah ini:
membangun kilang; monopoli atau privilese diberikan bagi produk-produk baru;
pelarangan, atau penetapan tarif bagi,
masuknya barang-barang luar negeri: pelarangan ekspor bahan mentah.
Pembentukan persatuan nasional
menyaksikan permulaan sebuah pasar nasional.6
Pada penghujung “perjalanan panjang” beberapa abad menuju kapitalisme ini,
modal, dipandang sebagai sebuah relasi sosial dominasi bagi penghisapan nilai
lebih, belum muncul dalam bentuknya yang matang. Dan hanya dalam kaitannya
dengan perkembangan selanjutnya yang lebih utuh kita bisa berbicara tentang
“modal bunga” [capital usuraire], “modal komersial”, “kapitalisme
pedagang”, bahkan “kapitalisme manufaktur”.
Dalam formasi sosial Eropa di mana kapitalisme berkembang, sarana utama
untuk menghisap kerja-lebih masih bersifat “upeti”: berbagai macam rente muncul
dalam aneka bentuk dialirkan dari para petani bagi kaum bangsawan, Gereja, dan
kerabat istana.
Selain itu terdapat peningkatan aliran kemakmuran dari penjarahan harta
kekayaan Amerika, pemerasan kerja-lebih dari perdagangan budak Afrika,
pengembangan produksi tambang dan pertanian di Amerika yang bergantung pada
kerja paksa atau perbudakan—eksploitasi brutal bangsa Afrika dan Amerika.7
Yang harus diingat dalam segala hal adalah pentingnya negara dalam
kelahiran, awal mula, kapitalisme; ini juga terkait dengan karakter nasional
pembentukan kapitalisme: tidak ada kapitalisme tanpa borjuasi, yang berkembang
dalam bingkai negara-bangsa bersamaan dengan kebangkitan bangsa-bangsa.
Dalam batas-batas ini tenaga kerja yang diperlukan bagi perkembangan
kapitalisme diciptakan, dibentuk, dan diadaptasi dengan progresifnya. Akhirnya,
demi kapitalisme yang mendominasi, demi borjuasi yang berjaya, cakrawala
geografis aktivitas adalah seluruh dunia: adalah dalam skala dunia kapitalisme
memperoleh tenaga kerja dan bahan mentah yang dibeli, dijual, dan dijarah.
Sejak dari mula, kapitalisme bersifat nasional dan global,
kompetitif dan monopolistis, liberal dan terkait dengan negara.
Selaku kekuatan transformatif, kapitalisme pada tahapan ini belum terlihat
benar. Peradaban-peradaban Eurasia utama nyaris tidak terpengaruh oleh
perubahan-perubahan yang melanda Eropa Barat. Namun jelas bahwa berbagai
peradaban Amerika terdahulu dihajar habis-habisan oleh para penakluk yang
menyeberangi Atlantik. Dan selama periode itu masyarakat Afrika dibelenggu oleh
menghebatnya perdagangan budak. Meski begitu dalam perkembangan-perkembangan
tersebut sukar membedakan kebangkitan semangat kapitalisme dari hasrat akan
perolehan dan keuntungan, haus kekayaan, dan nafsu menaklukkan.
Di Eropa sendiri, yang merupakan faktor transformatif utama adalah negara.
Persatuan nasional, standardisasi mata uang, koherensi yuridis, keperkasaan
militer, dan permulaan sebuah perekonomian nasional; semuanya diciptakan dan
dikembangkan oleh negara, atau negara berfungsi sebagai pengorganisasi utama.
Kemajuan ilmiah dan teknis juga memegang peran di sini—dalam pelayaran dan persenjataan,
dalam arah yang lebih progresif, dalam produksi manufaktur dan pertanian.
[...] selama periode itu kedua struktur yang mengorganisasi yang memberi
koherensi bagi dunia modern—negara dan merkantilisme—mulai mewujud. Negara
mengkonsolidasi dari sebagai kekuasaan dan penggerak proyek-proyek atas nama
kepentingan suatu kelompok nasional. Merkantilisme, dan bangkitnya arti penting hubungan-hubungan berbasis uang,
pada pergantian abad ketujuh belas oleh North dan Boisguilbert dengan cara
masing-masing. Tetapi periode itu jugalah yang memproduksi Thomas More dan,
kini, kita tidak bisa membaca peringatan serius More selain sebagai firasat:
“Di mana uang menjadi ukuran segala sesuatu ... keadilan dan kemakmuran hampir
mustahil ada.” 8
No comments:
Post a Comment