Pages

Friday, November 6, 2015

Semalam di Malaysia



Dari ketinggian pesawat tampak asap hutan terbakar di Pulau Sumatra. Bukan pemandangan untuk dinikmati. Sebentar kemudian pesawat mendarat di bandar udara KLIA2 tepat pada waktunya mengakhiri dua jam penerbangan dari Yogyakarta. Di bandara ini berjajar pesawat-pesawat yang sebagian terbesarnya adalah Air Asia. Memang di sinilah rumah Air Asia.
Turun dari pesawat, para penumpang harus berjalan cukup jauh untuk keluar, tentunya setelah menyelesaikan proses keimigrasian. Sore itu, pukul 15.30 waktu Malaysia (pukul 14.30 WIB), antrean di loket pemeriksaan paspor imigrasi Malaysia panjang mengular. Beberapa orang diminta masuk ke ruangan lain karena urusannya panjang. Petugas perempuan menanyakan ke mana tujuan saya, saya jawab ke KL Sentral. “Encik mau ke mana?” Saya bilang mau ke mau Hat Yai dan melanjutkan perjalanan ke Saigon. Dia bertanya lagi, “Bila sampai Saigon?” Begitu percakapan ringan ini usai, dan sidik jari saya diambil, dia menyerahkan paspor saya. Sikap dan air mukanya tidak sedingin petugas kita di bandara Yogyakarta. Mungkin karena kami sama-sama punya nama depan Noor. Hehe ...
Selesai urusan cap paspor dan pemeriksaan barang bawaan, saya menyusuri bandara penuh toko dan restoran layaknya mal itu untuk mencari tempat salat (musala) yang lazim disebut surau di Tanah Malaya. Tidak sulit menemukan surau, karena tanda-tanda di bandara KLIA2 ini semuanya serba jelas. Yang sulit adalah menemukan orang salat berjamaah. Saya pikir kebiasaan salat sendiri-sendiri meski ada banyak orang hanya lumrah di Indonesia. Ketika melihat ada yang mengumandangkan iqamah saya jajari orang itu untuk menjadi makmum. Orang itu agak kaget sambil berucap, kurang lebih, “Nah, begitu.”
Usai salat jamak qasar ta’khir dzuhur dan asar saya mencari angkutan ke KL Sentral. Begitu bertemu boks penjualan tiket angkutan umum keluar bandara, saya tanya tiket ke KL Sentral, petugasnya menjawab, “25 ringgit”, mahal, setara dengan sekitar Rp78.700. Tiket KLIA Ekspres, kereta komuter cepat yang hanya berhenti di KLIA dan langsung melesat ke KL Sentral. Sebetulnya ada bus yang jauh lebih murah, tetapi dalam perjalanan kali ini sejauh memungkinkan saya mengutamakan kereta api. Petugas yang menjual tiket tampaknya memprioritaskan harga termahal, sebab selain KLIA Eskpres ada juga KLIA Transit untuk mencapai KL Sentral dari KLIA2. KLIA Transit menempuh jalur persis sama dengan KLIA Ekspres, bedanya ia berhenti di setiap stasiun.

 
dari KLIA2 ke KL Sentral
Salah satu stasiun antara KLIA2 dan KL Sentral

     Sampai di KL Sentral saya langsung mencari tempat untuk memesan kereta api ke Hat Yai. Di sini pun tanda-tanda dengan dua bahasa (Melayu dan Inggris) sangat jelas, sehingga loket pembelian tiket KTM bisa ditemukan dengan mudah.
Sebelum membeli tiket kita harus mengambil nomor antrean terlebih dahulu di gerai sebelum deretan loket pemesanan tiket. Lalu para pembeli dipanggil ke loket yang sudah ditentukan.

Naik kereta api dari KL hingga Aranyaprathet
Loket-loket tiket Kereta Tanah Melayu di KL Sentral


Benar kata penulis sebuah blog bahwa selain dengan pemesanan online, tiket bisa didapat langsung (on the spot). Saya mendapat tiket ke Hat Yai seharga 58 MYR (sekitar Rp182.600) untuk kereta Express Peninsular yang akan berangkat pukul 00:30.
perjalanan darat Asia Tenggara
Tiket Express Peninsular Kuala Lumpur - Hat Yai


Ada waktu sekitar tujuh jam sebelum kereta api ke Hat Yai berangkat, saya gunakan saja waktu selama itu untuk mencari warnet yang kata seseorang dalam blognya dekat dengan KL Sentral. Saya ikuti petunjuk penulis blog itu untuk menemukan warnet (internet cafe) di dekat hostel Central Lodge. Begini bunyi arahannya: “Ikuti saja para penumpang yang turun di di KL Sentral, traffic light pertama nyebrang, maju dikit. Di Jalan Abdulsamad, Tun  Sambathan 4 ada Central Lodge, di sebelahnya ada warnet.” Gampang. Masalahnya ada banyak penumpang yang turun di KL Sentral yang menyeberang di JPO (Jembatan Penyeberangan Orang) di Mal KL Sentral, mengikuti petunjuk di blog tersebut, sesampai di perempatan lampu merah saya menyeberang dan maju dikit. Tetapi tidak ada apa-apa selain jalanan penuh lalu lintas dan trotoar yang sepi sehabis hujan. Saya melangkah terus berharap di antara gedung-gedung tinggi yang terlihat itulah warnet yang saya cari berada. Makin sepi saja jalanan, hanya ada kendaraan melesat tanpa jeda. Akhirnya saya belok kanan dan sampailah saya di kawasan Little India. Setelah berputar-putar di kawasan Little India Brickfield hingga lutut serasa mau copot, saya singgah di 7 Eleven untuk membeli Coca Cola. Melepas penat, saya minum di depan mini market itu sambil melihat-lihat keadaan sekitar. Nah, ternyata hostel Central Lodge itu berada di seberang jalan. Aduh, kenapa si penulis blog tidak bilang saja, “Perempatan lampu merah belok ke selatan (atau ke kanan dari arah KL Sentral), di seberang Sevel itulah Central Lodge berada, ada warnet di sampingnya.” Tadi saya sudah melintas di kawasan ini saat adzan maghrib berkumandang dan saya makan di rumah makan Al Husen. Saya makan nasi lemak seharga 8 MYR (sekitar 25.000 rupiah, kemahalan kata  teman mengobrol saya di KL Sentral, di sekitar stasiun paling cuma 2 MYR atau 6000-an rupiah). Dan warnet itu sudah tidak ada. Maklumlah, blog yang saya baca  itu ditulis dua atau tiga tahun silam. Yah, tak apalah, setidak-tidaknya saya pernah menelusuri Little India tanpa sengaja. Haha.
Sekitar pukul sembilan malam saya kembali ke KL Sentral, mencari surau dan menjamak ta’khir salat Maghrib dan Isya. Lalu duduk-duduk saja di ruang tunggu KTM yang sama sekali tidak terkesan tempat menunggu kereta. Cuma kursi berderet-deret di tengah kepungan toko-toko mal. Baru ketika kereta yang dimaksud datang para penumpang dipanggil agar turun ke lantai bawah melalui Gate A (atau B tergantung ke mana tujuan Anda). Saya mencari steker (colokan) untuk mengecas hp, dan mengobrol dengan seorang laki-laki muda warga Malaysia yang hendak pulang ke Kuala Kangsar. Kami satu kereta ternyata, hanya saja dia mengambil gerbong biasa sedangkan saya memesan gerbong sleeper
Kereta api Kuala Lumpur - Hat Yai
Sabar menanti (KL Sentral)

Di tengah kami mengobrol tiba-tiba terdengar pengumuman bahwa “Karena masalah teknikal, kereta api Express Peninsular ....”. Intinya keberangkatan ditunda pukul 03.00, bagi penumpang yang tidak bersedia melakukan perjalanan karena penundaan ini, dipersilakan menukarkan tiket untuk diganti penuh sesuai harga. Tidak ada gerutuan, apalagi teriakan, protes. Padahal penundaan semacam itu sangat jarang (kata teman mengobrol saya yang saya lupa siapa namanya itu. Di Bangkok baru saya tahu alasannya, di wilayah selatan Thailand ada perbaikan rel kereta api.) Pukul 03.00 (kurang lebihnya) terdengar pengumumanan bahwa kereta tiba dan para penumpang diminta turun ke peron melalui Gerbang A.

harga tiket kereta api Kuala Lumpur - Hat Yai 2015
Rangkaian gerbong Express Peninsular tujuan Hat Yai


Susah memang model stasiun begini untuk memotret lokomotif, karena gerbong saya dekat dengan eskalator dan lokonya jauh di depan sana. Saya menempati berth bawah nomor 38. Tak lama setelah karcis diperiksa kondektur, saya tertidur.

 
Perjalanan dengan kereta api Malaysia dan Thailand
Tempat tidur yang nyaman untuk perjalanan panjang

Catatan:
-      -  Keterangan di blog (termasuk yang Anda baca ini) bisa berguna bisa juga tidak, bisa juga keliru, para penulis blog masih manusia juga, yang punya banyak keterbatasan. Kumpulkan informasi sebanyak mungkin dan, ini jauh lebih penting, banyak bertanya di jalan.
-      - Dari KLIA2 ke KL Sentral tersedia berbagai moda transporasi, ada kereta api komuter, bus bandara dan taksi. Yang paling murah (katanya) bus.
-       - Di KL Sentral terdapat stasiun MRT dan monorail untuk berkeliling Kuala Lumpur.
-      - Tiket kereta api ke Thailand (via Butterworth atau langsung Padang Besar) bisa dipesan secara online di situs KTM atau easybook. Saya sendiri beli di tempat, tak punya kartu kredit soalnya.
-     -   Colokan listrik di Malaysia (seperti di Singapura) berkaki tiga.
-      -   Ada beberapa penginapan murah di selatan KL Sentral, Central Lodge adalah salah satunya.
-    - Jika Anda perokok yang tidak tahan tak merokok terlalu lama, keluar saja ke tempat penurunan penumpang taksi (terlihat dari ruang tunggu KTM), banyak orang mengerumuni tempat sampah tahan karat untuk merokok. Jangan merokok di lain tempat itu. Dendanya besar.
-        -  Catatan sebelumnya: Menimbang Perjalanan, catatan berikutnya: Padang Besar.

No comments:

Post a Comment