Dalam merancang
keseluruhan sistem kompensasi, sebuah organisasi perlu mempertimbangkan
ekuaitas atau keadilan sistemnya bagi para karyawan. Semua karyawan harus
merasa mendapat kompensasi yang wajar dibandingkan rekan-rekan sekerja mereka
atau orang-orang dengan pekerjaan setara dalam organisasi mereka. Teori ekuitas
motivasi berpandangan bahwa karyawan menilai input yang diberikan berdasarkan
pekerjaan mereka dan hasil yang mereka dapatkan berdasarkan hasil-hasil orang
lain (Jeffrey A. Mello, 2006: 495)
Ketika orang
merasa bahwa mereka diperlakukan tidak setara dibanding rekan-rekan sederajat
mereka, biasanya mereka akan mengupayakan kesetaraan dengan meningkatkan hasil
atau mengurangi input. Peningkatan hasil bisa melibatkan permintaan kompensasi
tambahan atau pencurian dari organisasi. Jika yang terakhir ini yang terjadi,
orang bisa jadi menggunakan ketimpangan sebagai pembenaran atas pencurian.
Mengurangi input bisa melibatkan kerja yang tidak sungguh-sungguh, beristirahat
lebih lama, datang terlambat, pulang cepat, atau mengundurkan diri (h.495)
Rancangan sebuah
sistem kompensasi yang setara harus melibatkan tiga macam ekuitas, yaitu
internal, eksternal, dan individual. Persepsi tentang ekuitas ini berdampak
langsung pada motivasi, komitmen, dan kinerja dalam pelaksanaan kerja. Perlu
digarisbawahi bahwa penilaian karyawan terhadap ekuitas, pada dasarnya, adalah
persepsi (h. 495)
Ekuitas internal
melibatkan keadilan yang bisa dipahami dalam perbedaan bayaran di antara
pekerjaan-pekerjaan yang berbeda dalam sebuah organisasi. Karyawan harus merasa
bahwa perbedaan bayaran antara berbagai pekerjaan adalah adil, mengingat
perbedaan-perbedaan terkait dalam tanggung jawab pekerjaan. Guna memberikan
ekuitas internal ini majikan bisa mengevaluasi pekerjaan dengan menggunakan
empat teknik yaitu pemeringkatan kerja, klasifikasi kerja, sistem poin, dan
perbandingan faktor (h. 496)
Ekuitas eksternal
melibatkan persepsi karyawan tentang kewajaran kompensasi mereka dibandingkan
dengan mereka yang berada di luar organisasi. Tentunya para pekerja tidak akan
senang mengetahui bahwa mereka yang melakukan pekerjaan yang sama di organisasi
lain mendapatkan kompensasi yang lebih tinggi. Majikan harus mengetahui
struktur gaji organisasi pesaing dan memahami bahwa hal tersebut bisa
mempengaruhi motivasi, komitmen dan produktivitas (h. 500)
Ekuitas individual
mempertimbangkan persepsi karyawan tentang perbedaan bayaran di antara
individu-individu yang menangani pekerjaan serupa dalam organisasi yang sama.
Menentukan tingkat gaji individual dan perbedaan bayaran di antara para pekerja
dengan pekerjaan serupa bisa dilakukan dengan banyak cara. Yang paling pokok
adalah mendasarkan bayaran menurut senioritas. Sistem berdasarkan senioritas
menentukan kompensasi menurut lamanya waktu pekerjaan atau lamanya waktu
pekerja untuk majikan. Walaupun kompensasi ini memberi imbalan bagi tenaga
kerja tetap dan berpengalaman, kompensasi ini tidak berhubungan langsung dengan
performa dalam pekerjaan. Sistem senioritas sangat lazim dalam struktur serikat
buruh (h. 501)
Sistem bayaran
sesuai kelayakan memberikan kompensasi bagi individu-individu karena performa
mereka yang sudah terbukti dalam pekerjaan. Idealnya, sistem ini memberikan
insentif bagi karyawan agar bekerja lebih keras dan mencapai lebih banyak
prestasi. Bayaran kelayakan ini biasanya ditambahkan secara permanen pada gaji
pokok karyawan. Bagaimanapun juga, semua bayaran berdasarkan kelayakan harus
memastikan bahwa umpan balik kinerja yang menjadi dasarnya bisa dipahami dan
diterima karyawan (h. 501)
Saat ini semakin
banyak organisasi yang menggunakan bayaran insentif untuk memberikan kompensasi
kepada karyawan. Skema bayaran insentif memungkinkan karyawan menerima porsi
kompensasinya dalam kaitan langsung dengan kinerja finasial perorangan, unit,
atau organisasi secara keseluruhan. Bayaran insentif diberikan untuk periode
tertentu dan tidak ditambahkan pada gaji pokok (h. 501)
Filosofi di balik
sistem kompensasi ini adalah memberi imbalan tingkat kinerja yang lebih tinggi
dengan mengembalikan imbalan finansial kepada karyawan yang bertanggung jawab
menciptakannya. Program bayaran insentif juga memungkinkan organisasi untuk
menyesuaikan pengeluaran kompensasi mereka berdasarkan kinerja organisasional (h.
501)
Organisasi
menghadapi sejumlah isu strategis dalam menetapkan kebijakan dan program
kompensasi. Isu-isu ini meliputi kompensasi terkait dengan pasar, perimbangan
antara kompensasi tetap dan bervariasi, penggunaan bayaran individual
dihadapkan dengan bayaran berbasis tim, perpaduan yang layak antara kompensasi
finansial dan non-finansial, serta pengembangan keseluruhan program biaya
efektif yang menghasilkan kinerja tinggi (h. 507)
Sistem kompensasi
harus tumbuh dan berkembang selaras dengan gerak organisasi dalam memastikan
apakah yang diberikan (imbalan) sejalan dengan tujuan-tujuan strategis
organisasi. Kaitan antara strategi dan kompensasi ini sangat penting untuk
memastikan kinerja yang optimal (h. 507)
Sumber: Jeffrey A. Mello, Strategic Human Resource Management, Thomson, South-Wester, 2006.
No comments:
Post a Comment