Pages

Wednesday, March 9, 2016

Traveling Membuat Anda Jadi Genius



Sebetulnya apa kurang gaya kalau traveling disebut saja sebagai perjalanan dalam bahasa Indonesia? Mungkin kurang bergaya dan ndeso memang, buktinya jarang lagi terdengar orang menyebut biro perjalanan, yang sering disebut dengan penuh gaya adalah travel agent. Ya traveling sajalah, biarkan bangsa ini rusak dimulai dari bahasanya. Lagi pula kata travel, traveling, traveler itu menyulitkan hanya bagi penerjemah yang harus menerjemahkannya menjadi melawat, perjalanan, musafir sesuai konteksnya. Masa ya orang Yogyakarta yang pergi ke Jakarta pulang pergi dengan pesawat disebut musafir? Walaupun menurut fikih ya memang begitu, tetapi berapa gelintir orang saja hari ini yang mau merepotkan diri dengan fikih perjalanan? Tapi lucu juga ya kalau ada istilah fikih traveling? Soal diksi ini biarlah ditangani para editor, mereka dibayar untuk itu. Meski imut.
Maka lakukanlah traveling agar pengetahuan dan wawasan bertambah, kurang lebih begitu kata Mark Twain. Mungkin. Pengetahuan saya tentang jalur Ngargoyoso – Sine lumayan memadai untuk menyimpulkan bahwa di jalanan yang tak ada tukang tambal bannya justru hampir tidak ada kemungkinan ban kita akan bocor. Tetapi kalau yang dimaksud wawasan itu seperti “Travel is fatal to prejudice, bigotry, and narrow-mindedness, and many of our people need it sorely on these accounts. Broad, wholesome, charitable views of men and things cannot be acquired by vegetating in one little corner of the earth all one's lifetime” ya nggak juga. Saya pernah membaca tulisan seseorang yang kolom agamanya mungkin traveling membahas tentang kawasan Geylang di Singapura. Ada kalimatnya yang mungkin akan membuat teman saya, yang menginjakkan kaki di kantor Imigrasi saja tidak pernah, tertawa sampai pingsan, begini: “Anehnya, di Geylang ada rumah makan halal.”
Teman saya itu mungkin tidak tahu bahwa di Geylang tak hanya tersaji wisata seks murah tetapi juga banyak penginapan terjangkau di negeri apa-apa mahal itu. Mungkin dia juga tidak tahu bahwa tidak semua backpackers berminat melepas hajat kelamin di sana, banyak, sangat banyak yang cuma numpang tidur dan beristirahat. Tetapi teman saya itu tahu pasti bahwa berzina seribu kali pun tidak menyebabkan seseorang keluar dari Islam dan karenanya tidak boleh menyantap makanan halal. Traveling mengikis prasangka? Ah, nggak jugalah. Itu tadi buktinya. Jadi bijak? Masa ya bijak kok menghakimi penjual makanan halal di Geylang?
Kata Santo Agustinus dari Hippo, “Dunia ini adalah sebuah buku, mereka yang tidak bepergian hanya membaca satu halaman.” Ya nggak gitu jugalah, Romo. Bagaimana dong dengan “Buku adalah jendela dunia?” Kasihan jugalah Immanuel Kant kalau diibaratkan cuma membaca sehalaman buku karena seumur hidup tak pernah meninggalkan kota kelahirannya. Lagi pula kata Anna Quindlen, “Books are the plane, and the train, and the road. They are the destination, and the journey. They are home.”
Perjalanan itu hobi, bahwa hobi itu menghasilkan uang seperti yang dilakukan Mark Smith dengan web site tentang seluk beluk kereta api di seluruh penjuru bumi itu soal kreativitas dan, terutama, dedikasi. Bukan semata-mata hobi bepergian itu sendiri kuncinya. Namanya juga hobi, kata Raden Haji Oma Irama, “Rambut bisa sama, kulit bisa sama. Tapi hobi orang pasti berlainan.” Bagi pecandu perjalanan, kegiatan orang memancing, apalagi di kolam berbayar, sungguh tidak bisa dimengerti. Bagi si mancing-mania, orang yang gila perjalanan itu gila beneran karena membuang-buang uang hanya untuk ketenangan batin yang mudah didapat cukup dengan memancing di kolam berbayar dengan biaya tak sampai Rp50.000 (untuk sewa kolam pemancingan sehari penuh, indomie telor, dan rokok).
Jika perjalanan sudah bukan sekadar hobi tetapi panggilan jiwa seperti meme di bawah, ya membujang sajalah. Atau maknai saja sebagaimana maksud hadits “Hiduplan di dunia ini laksana seorang musafir.”
Traveling perjalanan
Travel is rebellion

Agar perjalanan eh ... traveling bisa lebih beraroma intelektuil seperti slogan penggemar bridge “Sehari tanpa kartu otak serasa buntu” mestinya dibuat dan diedarkan meme “Traveling membuat anda jadi genius”.

No comments:

Post a Comment