Pages

Saturday, March 5, 2016

Palestina



Di kaki Gunung Gilboa, laskar Saul terpancing bertempur dalam keadaan tidak siap oleh strategi Filistin hingga dibantai dengan mudah oleh pasukan pemanah dan kereta perang. Tak lama menjelang tahun 1000 SM. Laskar suku ditumpas. Yang selamat tercerai-berai dan pulang ke kota dan desa Israel yang terkalahkan.
Hanya ada sepasukan laskar Israel berkekuatan enam ratus orang di seluruh Kanaan, pasukan partikelir yang berkeliaran di selatan Yehuda. Dipimpin oleh seorang buangan, Hapiru, namanya Daud. Bertahun-tahun dia diburu Saul yang menuduhnya berkhianat pada yang diurapi YHWH.
Daud (alaihissalam) dan anak-anak buahnya mencari nafkah dengan menawarkan perlindungan kepada klan-klan Yehuda. Dia memperistri beberapa perempuan anggota klan-klan itu. Akhirnya dia menawarkan diri sebagai vasal untuk Raja Akhis dari Gat. Dengan senang hati raja Filistin itu menerima. Tidak ada cara lebih bagus memisahkan Yehuda dari seluruh Israel selain merekrut salah satu prajurit terbaik Israel ke dalam pasukannya—berikut empat ratus orang Israel lain, sebagian besar dari Yehuda!
Sang raja memberi Daud dan pasukan kecilnya kota Ziglak di selatan untuk tempat tinggal dan pangkalan. Tugas Daud adalah menjaga perbatasan selatan Filistin dari serbuan klan Yehuda dan menjarah Amalek sementara pasukan Filistin sibuk dengan urusan yang lebih serius menghadapi bala tentara Saul.
Lebih dari setahun Daud menjalankan tugas dengan senang hati dan cerdik. Dia menyerang orang-orang Amalek, dengan demikian melindungi Filistin dan klan Yehuda. Tidak hanya membagi rampasan perang dengan Akhis dari Gat, dia juga membaginya dengan keluarga-keluarga terpandang Yehuda.
Mendengar kematian Saul dia mengumpulkan pasukannya, istri-istri dan anak-anaknya serta harta kekayaannya, lalu, tentu dengan restu penguasa Filistinnya, menuju Hebron, kota utama suku Yehuda. Di sana dia mendirikan kemah, menunggu.
Berbagai perundingan dilakukan antara Daud dan para tetua utara. Akhirnya, pada suatu hari, para tetua mendatangi Daud di Hebron dan mereka mengangkat Daud sebagai raja seluruh Israel.
Membawa pengawal pribadinya orang-orang Kreta dan Filistin, Daud menetap di Yerusalem di tengah-tengah orang Yebus. Daud mempercayakan komando sepertiga tentaranya kepada orang Filistin, Ittai dari Gat. Tidak berusaha meyahudikan Kanaan, dia justru menciptakan sebuah negara multibangsa yang mencakupi rakyat dari berbagai agama dan asal usul. Nenek Daud dari garis ibu, Rut, adalah orang Moab. Ketika berada dalam kesulitan dia mempercayakan anggota keluarganya di bawah naungan Raja Moab. Dari seorang perempuan Hitit dia memperoleh seorang putra bernama Salomo (disebut Sulaiman alaihissalam oleh kaum Muslimin), penggantinya sebagai raja yang mengembangkan lebih jauh watak multibangsa negaranya. Andaikan konstitusi Israel yang menentukan bahwa yang dimaksud Yahudi—otomatis warga negara Israel dan bagi yang bersangkutan berlaku undang-undang pemulangan—adalah orang yang beribu Yahudi itu berlaku surut para raja besar ini mungkin menjadi warga kelas kambing.
Pada masa pemerintahan Salomo haikal terakhir Israel periode para hakim dan para raja dibangun. Saat itu pula diciptakan semacam sejarah naratif untuk memaknai dan menyampaikan dengan gamblang hubungan berkesinambungan antara YHWH dan bangsa terpilihnya. Bangsa yang lahir dari peristiwa bersejarah—keluaran dari Mesir. Pada masa kerajaan tunggal ini, Israel kuno mulai merasakan ketunggalannya. Sebagian besar dari yang kini dikenal sebagai Kitab Yosua dan Samuel ditulis pada masa ini, begitu pula kisah naik tahtanya Salomo.
Tahun 589 SM, Nebukadnezar menyerbu Yehuda. Yerusalem dikepung pada musim dingin 587 SM. Benteng kota tidak bisa dijebol, kondisi dalam kota memburuk. Yerusalem terus bertahan. Yeremia tak henti-henti menganjurkan agar menyerah saja, penyerbu Aram atau Kaldea baginya lebih baik daripada sekutu Mesir. Dia lalu dipenjara. Wabah dan kelaparan menghimpit kota pada musim panas 586 SM. Tembok jebol dan kota direbut tentara Babilonia pada bulan Duzu, Juli. Sebulan kemudian Yerusalem dilalap si jago merah. Tembok kota dirobohkan. Penduduk yang tersisa, kecuali yang miskin dan petani, dibawa ke Babilonia. Yehuda berpenduduk sekitar dua ratus ribu orang. Sekitar dua puluh ribu masih tinggal di Yehuda setelah deportasi itu. Sebelumnya, ribuan orang sudah kabur ke Amon, Moab, Edom, Mesir, Tirus, Sidon, Asia Kecil.

Sejarah Palestina
Kawasan yang tak pernah sepi konflik: Levant
Waktu berlalu, pembuangan berakhir. Hampir semua yang dahulu datang di atas umur lima puluh sudah meninggal. Anak-anak mereka, sebagian sudah sangat tua, menempuh perjalanan dari jantung Mesopotamia Imperium Persia ke Yerusalem. Jumlah pastinya tidak diketahui, mungkin ribuan. Sebagian besar sudah merasa nyaman dan memilih tinggal di Babilonia saja.
Mereka yang memilih pergi menganggap perjalanan mereka sebagai eksodus kedua. Mereka menganggap diri sebagai satu-satunya bangsa Israel sejati dan membanggakan kemurnian silsilah mereka, tidak punya hubungan dengan penduduk Kanaan. Sikap permusuhan tumbuh dan kian mengakar antara mereka yang tinggal di negeri hancur lebur dengan orang-orang yang ingin menuntut tanah itu kembali. Ada persoalan yang lebih gawat lagi. Persis seperti kedatangan leluhur mereka dari Mesir menimbulkan perang budaya dengan penduduk Kanaan, kedatangan mereka kali ini sudah ditunggu perang yang sama melawan peradaban suku-suku yang mendiami tepian utara tengah Mediterania—suku-suku yang membentuk desa-desa dan negara-kota Yunani. Dimulailah perang peradaban Laut Tengah yang berlarut-larut.
Karena pertempuran menyempit antara penyembah Zeus dan YHWH, orang-orang Semit lain yang pagan dan tidak terlalu rewel soal kemurnian silsilah dan murni-murni lainnya berasimilasi dan berakulturasi dengan para penyerbu Kanaan sebelum masa itu dan masa berikutnya.
Percampuran orang-orang yang mendiami Kanaan sejak lima ribu tahun silam menghasilkan bangsa Palestina, yang namanya dipungut dari prajurit pengembara dari Kreta itu. Dengan demikian bangsa Palestina tidak berasal dari bangsa Arab saja. Orang Arab baru masuk ke Palestina pada abad ke-7 Masehi, itu pun tidak dalam jumlah sangat besar. Mengislamkan sebagian terbesar penduduk Palestina, termasuk Bani Israel, bangsa Arab lalu membaur dengan masyarakat setempat dan menyebarkan bahasa yang mereka bawa. Kedatangan mereka ke Palestina lebih merupakan fenomena kultural ketimbang etnis.
Yerusalem menyerah pada tahun 683 M. (Helena, ibu Kaisar Konstantin, pernah mengunjungi kota itu pada pada tahun 326 M. Kuil Venus dihancurkan selama kunjungannya, kota itu diubah dari Aelia Capitolina pagan menjadi sebuah Yerusalem Kristen. Orang-orang Yahudi tetap tidak diperbolehkan masuk ke kota kecuali pada hari kesembilan bulan Av.) Seorang khalifah tua melangkahkan kaki menyusuri jalanan, mengunjungi tempat-tempat suci. Jenggotnya tidak dipangkas dan bajunya lusuh. Utusan Yahudi menemui sang khalifah untuk minta izin tinggal bagi dua ratus Yahudi di Yerusalem. Patriark Bizantium keberatan, tetapi Khalifah Umar mengizinkan tujuh puluh keluarga Yahudi menetap di dalam kota. Mereka diizinkan membangun sebuah sinagoga dan sekolah. Mereka menghuni wilayah di sebelah barat daya haikal. Tidak banyak orang Yahudi yang tinggal di Palestina, sebagian besar sudah tersebar di berbagai negara.
Walaupun Islam menolak klaim Yahudi sebagai bangsa pilihan, dan Islam menguniversalkan monoteisme yang bisa dianut bangsa mana saja, secara umum hubungan orang Islam dan Yahudi positif hingga berdirinya negera Israel.

Rujukan:
Chaim Potok, Wanderings: Chaim Potok’s History of The Jews, Fawcet Crest, New York, 1980.
Mochtar Pabotinggi, Islam: Antara Visi, Tradisi dan Hegemoni Bukan-Muslim, Yayasan Obor Indonesia, 1986.

Sumber peta:

No comments:

Post a Comment