Terjemahan The Diamond as Big as the Ritz |
Mereka sedang
berada di semak-semak favorit mereka, dan di antara ciuman John memperturutkan
diri dalam firasat buruk romantis yang dibayangkannya menambah kemuraman
hubungan mereka.
“Kadang aku pikir
kita tak akan pernah menikah,” kata John sedih. “Kamu terlalu kaya, terlalu
memikat. Tidak ada orang sekaya kamu yang bisa seperti gadis-gadis lain. Aku
harus menikah dengan anak perempuan pedagang grosir perkakas yang cukup berada
dari Omaha atau Sioux City, dan puas dengan setengah jutanya.”
“Aku pernah kenal
anak perempuan seorang pedagang grosir perkakas,” ujar Kismine. “Kurasa kamu
tidak akan cukup puas dengannya. Dia teman kakak perempuanku. Dia pernah
berkunjung ke sini.”
“Oh, jadi kamu
pernah punya tamu lain?” seru John terkejut.
Kismine tampak
menyesali perkataannya.
“Oh, ya,” kata
Kismine cepat-cepat, “ada beberapa.”
“Tapi apa kamu
tidak—bukankah ayahmu takut mereka akan berbicara di luar?”
“Oh, sedikit,
sedikit,” jawab Kismine. “Kita bicara hal yang lebih menyenangkan saja.”
Tapi rasa ingin
tahu John tergugah.
“Hal yang lebih
menyenangkan!” John mendesak. “Apa yang tidak menyenangkan dengan itu? Bukankah
mereka gadis-gadis yang baik?”
Di luar dugaan
John, Kismine mulai menangis.
“Ya—it—itu—itulah
masalahnya. Aku menjadi be-begitu terikat dengan sebagian dari mereka. Jasmine
juga, tapi dia terus saja mengundang mereka. Aku tidak mengerti itu.”
Sebuah kecurigaan
misterius tumbuh di hati John.
“Maksudmu mereka bercerita, dan ayahmu menyuruh
mereka—disingkirkan?”
“Lebih buruk dari
itu,” gumam Kismine terpatah-patah. “Ayah tidak mau ambil risiko—dan Jasmine
terus mengundang mereka datang, dan mereka sangat
senang!”
Kismine dilanda
kesedihan mendalam.
Terpaku oleh horor
pemberitahuan itu, John duduk di sana dengan mulut ternganga, merasakan saraf
tubuhnya bercicit-cicit seperti begitu banyak burung pipit bertengger di tulang
belakangnya.
“Nah, sudah
kukatakan kepadamu, padahal mestinya tidak boleh,” kata Kismine, tenang
mendadak dan mengeringkan mata biru gelapnya.
“Kamu mau bilang
bahwa ayahmu menyuruh mereka dibunuh
sebelum mereka pergi?”
Kismine
mengangguk.
“Pada bulan
Agustus biasanya—atau awal September. Tentu saja kami mendapat semua kesenangan
dari mereka terlebih dahulu sebanyak yang kami bisa.”
“Alangkah sadisnya!
Bagaimana—mengapa, aku pasti gila! Apakah kamu benar-benar mengakui bahwa—”
“Ya,” sela Kismine,
mengangkat bahunya. “Kami tidak bisa memenjarakan mereka begitu saja seperti
para penerbang itu, bisa-bisa mereka menjadi caci maki tak ada habisnya bagi
kami setiap hari. Dan semua selalu dipermudah untuk Jasmine dan aku karena ayah
sudah menyuruh itu dilakukan lebih cepat dari perkiraan kami. Dengan cara itu kami
menghindari setiap adegan perpisahan—”
“Jadi kamu membunuh
mereka! Hah!” teriak John.
“Itu dilakukan
dengan sangat halus, mereka dibius saat mereka tidur—dan keluarga mereka selalu
diberitahu bahwa mereka meninggal karena demam scarlet di Butte.”
“Tapi—aku tidak paham
mengapa kamu terus mengundang mereka!”
“Bukan aku,”
Kismine meledak. “Aku tidak pernah mengundang siapa pun. Jasmine-lah yang
mengundang. Dan mereka selalu mendapatkan kegembiraan. Jasmine memberi mereka
hadiah-hadiah paling bagus menjelang akhir. Mungkin aku akan menerima tamu
juga—tapi aku akan menjadikannya lebih rumit. Kami tidak bisa membiarkan hal
tidak diinginkan semacam itu seperti kematian menghalangi kami saat menikmati
hidup. Bayangkan betapa sepinya di sini jika kami tak pernah mempunyai seorang pun. Lagi pula, ayah dan ibu
sudah mengorbankan sebagian sahabat-sahabat mereka persis seperti yang kami
alami.”
“Jadi,” teriak
John dengan nada menuduh, “jadi kamu membiarkanku bercinta denganmu dan
berpura-pura membalasnya, lalu berbicara tentang perkawinan, sementara itu tahu
betul bahwa aku tidak akan keluar dari sini hidup-hidup—”