Pages

Tuesday, October 27, 2015

Sumber Kencono


Perjalanan darat lintas provinsi Jawa Timur, Jawa Tengah, Daerah Istimewa Yogyakarta
Suatu Senin pagi di atas bus Sumber Selamat (d/h Sumber Kencono)


Ketika mencarikan video bus untuk anak-anak saya, saya menemukan rekaman video bus Sumber Kencono (setidak-tidaknya itu kata judul video) yang mengejar bus Mira di jalanan sangat ramai. Kelakuan semacam itu sering saya jumpai di ruas jalan Maospati – Ngawi. Dan saya harus mengalah turun dari aspal karena masih ingin hidup. Saya pikir bus-bus itu “menebus rugi waktu” setelah harus merayap di jalan raya sepanjang kompleks Angkatan Udara Maospati karena pernah ada kisah tragis di situ, dahulu. Kabarnya sebuah bus menabrak istri seorang kapten AURI yang saat itu sedang bertugas di luar negeri. Hingga beberapa hari kemudian tak ada bus yang berani lewat jalan itu. Semua memutar ke arah Caruban untuk mencapai Ngawi.
Puluhan komentar di Youtube terhadap video “balapan bus” itu rata-rata menyayangkan perilaku yang sangat tak terpuji awak bus Antar Kota Antar Provinisi (AKAP) ternama di Jawa Timur dan sekitarnya tersebut. Ada perkecualian, seperti biasa. Salah seorang komentator Youtube mengunggah tulisan bernada sengak, “Yang bekomentar begini begitu soal video ini (bus Sumber Kencono mengejar Mira) pasti belum pernah mengalami asyiknya menikmati armada Sumber Kencono seri ......, W ... (menyebut seri bus dan nomor polisinya).” Saya takjub dengan kemiskinan empati bismania itu, mencengangkan betul mati rasanya hanya demi menunjukkan egonya bisa menghayati kebrutalan perilaku seorang sopir bus. Saya yakin seyakin-yakinnya dia pasti belum pernah dipaksa turun dari aspal, meski sudah sangat menepi, oleh bus yang makan jalan dari arah berlawanan. Dia, mungkin, termasuk orang yang tertawa puas melihat kakek renta di sekitar Banjarejo harus terhuyung-huyung menahan sepeda bermuatan kayu bakarnya agar tidak jatuh karena hendak ditabrak bus barbar kejar-kajaran di jalur Ngawi – Gendingan (yang kata seorang anggota Polres Ngawi ruas jalan itu lazim disebut jalur tengkorak). Mungkin, lagi, komentator bismania terhebat di dunia itu termasuk orang yang mengamini paham para pengemudi bus AKAP “Lebih baik membunuh satu orang daripada membunuh orang satu bus” (Ironisnya, berani menabrak orang tetapi takut setengah mati menabrak kucing).
Pernahkah saya naik Sumber Kencono? Saya menempuh sekolah menengah di Solo, rumah saya di Ngawi. Rata-rata dua pekan sekali saya pulang. Seringlah naik bus itu seraya menahan tubuh agar tidak jatuh karena menikung dengan kecepatan seperti dikejar setan. Atau berharap-harap cemas agar orang bersepeda motor yang dipaksa turun dari aspel dan berhenti susah payah itu bukan ayah saya. Ketika kuliah di Yogyakarta saya sering pulang ke Ngawi menumpang bus yang berkat reputasi menyeramkannya beroleh julukan Sumber Bencono di kalangan teman-teman kecil saya di Ngawi. Hingga kini setelah berkeluarga, dan nama Sumber Kencono diubah menjadi Sumber Selamat dan Sugeng Rahayu, saya sesekali naik bus milik perusahaan otobus dengan dua nama itu dan kadang-kadang mengirim SMS ke nomor yang tercantum di dalam bus jika ada pengemudinya yang ugal-ugalan. Dan memperoleh jawaban standar: “Terima kasih atas perhatiannya, sopir yang bersangkutan akan mendapat peringatan dari kami”.
Saya kira perubahan nama Sumber Kencono menjadi Sumber Selamat dan Sugeng Rahayu itu menjelaskan komentar-komentar menyayangkan perilaku biadab sopir bus yang dilontarkan kebanyakan penonton video di Youtube yang saya lihat itu.
Bagaimana dengan bus Mira yang dikejar Sumber Kencono di video itu? Suatu kali dalam perjalanan Ngawi – Yogyakarta saya mendengar sopirnya mengobrol dengan keneknya, “Mira lebih ngeri sebetulnya, cuma dia kuat bayar koran.” Entah benar entah tidak. Bagaimanapun juga, Mira (dan Eka) adalah jelmaan bus Flores yang setelah kecelakaan di palang pintu kereta api Purwosari pada tahun 1982 berubah nama menjadi Eka dan Mira. Sewaktu kecil dahulu, kisah tentang bus-bus Flores yang dilempari batu karena ada bus dengan nama itu menabrak orang bukan cerita yang jarang terdengar.
Akhirnya, saya yakin, komentator tuna empati Youtube itu tidak tahu bahwa rata-rata pengemudi bus Jawa Timuran (AKAP Surabaya – Yogyakarta) sangat penakut ketika mengendarai sepeda motor.


No comments:

Post a Comment