“Jenderal Augusto Pinochet, mantan diktator militer
Chile, benar-benar ingin bepergian.” tulis Naomi Roht-Arriaza (2006: 1) tentang
kehidupan sang jenderal setelah rezim represifnya dikalahkan dalam sebuah
referendum. Problemnya, antara lain, dia adalah tersangka internasional
pelanggaran hak asasi manusia dan bahwa ribuan orang Chile dipaksa meninggalkan
negeri mereka karena takut dibunuh atau disiksa selama betahun-tahun rezim
kejamnya memerintah Chile. Diaspora orang-orang Chile itu menjadi inti sebuah
gerakan sosial untuk mengadili Pinochet atas kejahatan terhadap kemanusian
ketika dia ditangkap di Inggris pada tahun 1998.
Seorang Chile di pengasingan menuturkan:
Selama tahun-tahun kediktatoran, kami menciptakan
jaringan pendukung besar di seluruh Eropa, termasuk para seniman, anggota
serikat buruh, politisi dan lain sebaganya. Kami dahulu adalah organisator di
Chile, jadi kami tahu bagaimana mengorganisasi ... Kami kenal satu sama lain di
seluruh Eropa karena kami pernah sama-sama dipenjara atau kenal seseorang yang
pernah dipenjara. Sehingga ketika kami belajar bahasa Inggris, mendapatkan
pekerjaan, dan membangun kontak-kontak dengan baik dalam masyarakat Inggris,
kami tetap memelihara hubungan dengan sesama kami di seluruh Eropa. (dikutip
dalam Roht-Arriaza 2006: 38)
Kontak-kontak tersebut terbukti sangat penting ketika,
pada Oktober 1998, Pinochet bepergian ke London untuk menjalani operasi bedah.
Para anggota jaringan diaspora Chile itulah yang menyebarkan berita tersebut
kepada seluruh orang setanah air di seluruh Eropa, memberi petunjuk kepada para
hakim Spanyol yang sedang menyelidiki penyiksaan di Chile dan Argentina,
menggelar aksi duduk dan berdemonstrasi di luar pemeriksaan pengadilan di
London, mencatat berita acara persidangan, dan menyebarkan catatan itu ke
seluruh dunia (Roht-Arriaza 2006: 39). Orang-orang pengasingan itu memenuhi
fungsi klasik perantaraan dalam
pengertian yang kita pakai untuk mekenisme tersebut dalam buku ini. Mereka
membantu para pengacara hak asasi manusia Chile menjalin hubungan dengan para
pengacara kebebasan sipil Inggris dan membentuk “sebuah bagian kunci koalisi
kelompok-kelompok legal dan hak asasi manusia yang pada akhirnya terbentuk
untuk mendorong .... ekstradisi [Pinochet]” (38).
Hakim Spanyol Balthazar Garzón sedang menyelidiki
pelanggaran hak asasi manusia di Argentina ketika sampai kabar bahwa Pinochet
sedang berada di London. Keterkaitan yang dibangun Garzón dari Argentina ke
Chile adalah perjanjian intelijen militer rahasia antara kedua negara itu dan
empat kediktatoran Amerika Latin lainnya. Disebut “Operasi Kondor”, konspirasi
trans-pemerintahan ini memperoleh namanya dari burung pemangsa raksasa yang
terbang melintasi Pegunungan Andes. Perjanjian itu memungkinkan “penyerahan”
orang-orang militan yang ditangkap di salah satu negara pihak ke negara asal
mereka, di mana banyak dari mereka yang disiksa dan dibunuh. Perkara Garzón
melawan Pinchet didasarakan pada peran mantan diktator itu dalam mengoordinasi
Operasi Kondor (Roht-Arriaza 2006: 29–31). Konspirasi trans-pemerintahan yang
dipimpin Pinochet itulah yang memberi Garzón pijakan legal untuk mengekstradisi
Pinochet dari Inggris ke Spanyol.
Operasi Kondor hanyalah salah satu dari berbagai cara di
mana internasionalisasi mempengaruhi kasus Pinochet. Dalam upayanya
mengekstradisi sang mantan diktator, Garzón menggunakan teori yang sama sekali
baru dalam hukum internasional—yurisdiksi universal. Secara tradisional, hukum
internasional hanya berlaku untuk hal-hal yang umumnya kita kenal sebagai kejahatan
internasional, misalnya perompakan. Hukum internasional hanya memungkinkan
ekstradisi tersangka penjahat ke negara asalnya, bukan ke negara ketiga. Tetapi
semakin banyak hakim di negara-negara seperti Belgia dan Spanyol yang
menerapkan teori yurisdiksi universal
untuk mengadili tersangka pelaku berbagai macam kejahatan mulai dari genosida
hingga kejahatan terhadap kemanusiaan dan kejahatan perang. Garzón mendasarkan
perkaranya pada teori bahwa tindakan-tindakan Pinochet terhadap warga Spanyol dan
korban-korban lain sudah mencapai taraf kejahatan internasional semacam itu.
Hukum internasional menjadi bagian dari struktur peluang yang memungkinkan
seorang hakim Spanyol mengupayakan ekstradisi mantan kepala negara Chila dari Inggris.
Walaupun Menteri Dalam Negeri Inggris Jack Straw pada
akhirnya mengizinkan Pinochet kembali ke negerinya, peristiwa-peristiwa di
Madrid dan London itu menghasilkan apa yang oleh Ellen Lutz dan Kathryn Sikkink
(2001) disebut “kaskade keadilan”. Air terjun ini menyebabkan, di Argentina,
seorang penyiksa tersohor, Carlos Guillermo Suarez Mason, ditangkap karena
mencuri anak-anak orang Argentina yang hilang (Keck dan Sikkink 1998: 20–21);
di Meksiko, menyebabkan penangkapan pensiunan angkatan laut penyiksa Miguel
Cavallo ketika pesawat yang dia tumpangi berhenti di Cancun; dan di Italia
menyebabkan pemeriksaan perkara pidana yang berlarut-larut terhadap tujuh
perwira militer Argentina atas pembunuhan delapan warga Argentina keturunan
Italia. Air terjun keadilan itu mencapai siklus sempurna ketika, di Chile pada
tahun 2004, Pinochet dikenai dakwaan dan sebuah komisi pemerintah menyerukan
ganti kerugian bagi korban selamat rezim teror Pinochet.
Dalam kasus Pinochet, kita menjumpai ketiga proses
transnasional yang sudah kita sebutkan sebelumnya. Pertama, sekelompok aktivis
transnasional memicu serangkaian peristiwa di London. Kedua, sebuah koalisi
transnasional terbentuk di sekitar isu tersebut. Ketiga, penyebaran cepat
perseteruan berlangsung melintasi batas-batas nasional. (Bahkan ada indikasi
pergeseran skala, ketika kasus itu turut mendorong pembentukan Mahkamah Pidana
Internasional). Pada tahun 2005, Pinochet diperiksa di Chile atas dakwaan
pelanggaran hak asasi manusia dan pencucian uang internasional.
Diterjemahkan dari Charles Tilly & Sidney Tarrow, Contentious Politics, Oxford University
Press, 2015, h. 201 – 203. Ya mana tahu ada
yang butuh kutipan, silakan dipakai. Semoga bermanfaat.
Salam.
No comments:
Post a Comment