“Ibu itu mengkhawatirkan anaknya. Kata mengkhawatirkan
ini tidak jelas. Dalam kalimat tadi ia memerlukan objek. Tetapi tidak dalam
kalimat ‘Keadaan anaknya mengkhawatirkan.’”
Kurang lebihnya seperti itulah tulisan seorang redaktur
bahasa yang saya baca pada awal tahun 2000-an. Saya selalu kagum dengan
ketelatenan para penjaga bahasa yang mau bersusah payah mengurusi hal-hal yang
oleh kebanyakan orang dianggap sepele. Luar biasa! Sampai satu artikel bahkan
sekadar untuk membahas kata “mengkhawatirkan”.
Seiring waktu berlalu kekaguman saya kepada para pegiat
bahasa semacam itu luntur hingga hilang sama sekali. Mungkin karena saya cuma
pengguna yang sering kesal dengan kecentilah “demi menghemat h maka perzinahan
ditulis perzinaan”. Ya kalau alasannya menghemat h (kayak menulis huruf h itu
mengeluarkan energi sebesar berjalan kaki Kaliurang – Parangtritis saja),
kenapa hirup tidak diganti irup? Takut disangka inspektur upacara yaaa
Belum lagi perdesaan bukan pedesaan, karena pe berfungsi
membuat sesuatu menjadi sesuatu yang lain. Misalnya, pedesaan berarti membuat
sesuatu menjadi desa. Jadi yang benar adalah perdesaan. Oh ya, kalau begitu
Pegunungan Kendeng salah dong, yang benar adalah Pergunungan Kendeng. Woh,
tengkyu very nice!
Soal mengkhawatirkan itu: itulah gunanya konteks. Cobalah
tengok kamus bahasa Inggris pada entri rather,
nangis darah saja kalau nekat berkukuh pada makna kata itu berdiri sendiri. Atau,
kelewatan betul orang yang mengaitkan kata security
dengan satpam ketika membaca kata itu dalam konteks keuangan. Ya mana ada
guyonan tampang sekuritas hati hello kitty